Abah Erza (Cep Ersa Eka Susila Satya), setelah nonton aksi panggung Voice Of Baceprot (VOB) di festival musik rock di Jogjakarta mengatakan bahwa ‘lagu ‘School Revolution’ itu sebenarnya sebuah kritik tentang sekolah dan sistem pendidikan di Indonesia yang menampar muka saya sendiri sebagai guru.’
Lagu tersebut liriknya ditulis olehnya setelah melakukan diskusi dengan personel VOB. Katanya, di bait terakhir itu Marsya yang tambahin dengan lirik lebih bijaksana, walaupun isinya berisi kritikan tajam terhadap praktik pendidikan. Lagu ini sempat memicu kontroversi serta polemik di kalangan guru, karena Abah merupakan seorang guru dan bagian dari sistem.
‘Kita tidak pernah berani menyalahkan sistem yang selalu kita salahkan adalah oknum. Padahal mungkin saja sistemnya yang rusak.’’ tambah Abah Erza.
https://www.youtube.com/watch?v=V8jevfY-Ago&list=PLh5tD-pjsbF-bl5LumGiwmmxn3ieni3zI&index=3
Lirik School Revolution
Sekolah pagi pasti ragaku ini berlari
Paksa mimpi yang tak satupun ku mengerti
Terlempar kepala dipaksa pintar
Terdampar moral digoda bingar
Don’t try to judge us now 4x
Di balik tembok isi kepala seakan digembok
Selaksa dogma ditimpa hingga bongkok
Bila teriak merdeka bersiaplah ditabok atau dikatain
And my soul is empty
And my dream was dying
My soul fall in the dark side
And I lose my life (lose my life)
Di sana dijuluki penjara paling indah
Tapi tak berikan bukti apa-apa
Hanya seabruk aturan yang tak pernah diterapkan
Menyisakan sejarah yang telah terlupakan
Don’t try to judge us now 4x
Banyak orang hanya beradu persepsi
Saling tindas dengan alasan visi dan misi
Korbankan mimpi yang akhirnya jauh terdampar
Terlempar samar dan akhirnya mulai pudar
And my soul is empty
And my dream was dying
My soul fall in the dark side
And I lose my life (lose my life)
Hanya orang fokus yang dapat bertahan
Punya mimpi dan berani tuk wujudkan
Bisa sukses tanpa harus korbankan prinsip
Punya semangat dan pikiran yang positif
Don’t try to judge us now 4x
And my soul is empty
And my dream was dying
My soul fall in the dark side
And I lose my life (lose my life)
Menurut Abah, setelah lebih tujuh tahun mendalami dunia pendidikan dan menjadi guru, melihat bahwa kaum milenial dan generasi Z sedang berada dalam fase di mana mereka memerlukan telinga untuk mendengarkan pikiran dan jiwanya. Karena otak mereka sudah penuh dijejali dengan perintah, keharusan, instruksi, dan larangan di rumah, di sekolah dan di tempat ibadah. Seolah hak mereka untuk berbicara dirampas oleh orangtua, guru dan para pendakwah. Padahal mereka ingin hidup merdeka menurut cara dan keinginannya sendiri.
Pendekatan saya adalah menjadi teman siswa dalam belajar. Sebagai teman tentu tidak mudah, karena tantangan besarnya adalah tembok kepercayaan. Jangankan pada guru pada orangtuanya kadang anak berbohong. Jadi menjadi teman siswa dan kewajiban sebagai guru saya kira memperhatikan supaya anak dapat tumbuh menurut kodratnya, keinginan dan mimpi-mimpinya.
Abah cukup memahami apa yang menjadi kegelisahan peserta didik yang umumnya terdiri dari kaum milenial dan generasi Z seperti personel VOB. Abah tidak mengambil jarak dengan mereka sehingga mereka pun tidak sungkan untuk mengeluarkan semua kegelisahannya dengan bahasa mereka sendiri yang terkadang kurang sopan, bahkan kurang ajar. Tapi itu semua dipahami Abah sebagai ungkapan murni dan jujur dari peserta didiknya.
Pertemuan Abah Erza dengan personil VOB bermula saat Menjadi guru ektra kurikuler di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al-Baqiyatussolihat ketika membuat group teater. Kemudian membuat group musik, awalnya personilnya banyak kemudian jadi bertiga (Marsya, Siti, dan Widi), mereka yang bertahan yang sekarang dikenal sebagai Voice Of Baceprot.
Hal lain yang dipraktekan oleh Abah Erza adalah budaya literasi. Membaca dan berpikir kritis. Dalam setiap kesempatan Abah selalu membawa koleksi pribadinya baik berupa buku ataupun playlist musik yang dia bawakan kepada anak didiknya. Salah seorang personel VOB yang ketularan menjadi pecanduk buku adalah Marsya, vokalis dan gitaris yang pernah Abah perkenalkan kebacaan karya Pramoedya Ananta Toer.
Praktik Abah Erza dengan mendirikan VOB yang kini dikenal dengan group band trio metal hijab dan mengharumkan Indonesia di pentas dunia lewat musik yang dibawakannya. Mengingatkan kita bahwa pendekatan pendidikan di sekolah barangkali butuh terus-menerus dikaji-ulang untuk menghasilkan manusia unggul Indonesia. Bagaimanapun, pendidikan dengan berbagai caranya punya peran penting.
Iman Abda 30/09/2022
Catatan: Tulisan ini saya sarikan dari percakapan saya dengan Abah Erza di sela-sela nonton Jogjarockarta 2022 di Tebing Breksi, 25 September 2022.
Hello teacher Ahba Erza: My most sincere respects for your great work as a teacher and that leads children and youth along the path that each individual wants and feels they are. I am happy for the great work he has done and that he continues to do and proof of this is what the VOB girls are now. I am a Rock Metal fan and I have always been so for many years that for me, I could be a critic and good listener of good Rock, I see and feel in these three girls that they are very good in their mastery of each instrument and that they will still be much better every day. I am amazed by their music and that now I know that you were the one who started and guided them, They will be a legend. I truly and heartily congratulate you for your great work. I am also a teacher here in Mexico and I know what it feels like to guide and teach others. Greetings teacher Ahba Erza and receive a big hug from Mexico