Apakah Benar Orang Miskin Dilarang Sakit???

1 min read

     Sindangkasih, 15 /06 –  “setetes darah, nyawa bagi kami!”, mungkin kalimat itu masih terngiang di ingatan saya.  Itu semboyan waktu sosialisasi PMI ketika saya masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar. Setetes sajaj sudah biisa menyelamatkan, apalagi satu labu.

     Inilah satu dasar pemikiran yang diterapkan oleh Oi Hijau Ciamis yang menggelar “Aksi Donor Darah Untuk Kemanusiaan yang ke 5” di aula kantor Kecamatan Sindangkasih. Berangkat dari beberapa kasus yang terjadi, seperti halnya demam berdarah, maka Oi Hijau menggelar aksi ini yang merupakan juga salah satu program kerja Oi Hijau dalam rangka memeriahkan  hari jadi ke – 368 Kabupaten Ciamis. Alhamdulillah aksi dapat menampung kurang lebih 49 labu darah yang seterusnya akan di test laboratorium.

     Memang ada sedikit penurunan pendonor dari aksi yang lalu, mungkin karena kurang gencarnya publikasi. tapi semangat untuk menggelar aksi seperti ini tak berhenti disini saja. Semoga aksi seperti ini bisa menjadi contoh bagi kelompok-kelompok Oi lainnya. Dituturkan Ega, Ketua Badan Pengurus Kota (BPK) Ciamis ” ini mungkin menjadi salah satu upayauntuk menghapus imej bahwa Oi yang dikenal di masyarakat itu adalah sebuah Event Organizer (EO) yang suka mengadakan acara di alun-alun Ciamis”. Ega sendiri menegaskan bahwa program sekarang ini, BPK  Ciamis tengah berbenah diri menghapus imej seperti itu. karena Oi bukan hanya EO atau penyelenggara kegiatan bermusik saja tapi ada aksi sosialnya juga. 

     Darah memang sangat diperlukan bagi semua orang. Unit Transfusi Darah (UTD) Ciamis juga mengatakan kebutuhan darah di Ciamis hampir 400 labu, entah apakah itu termasuk yang ada di bank darah atau tidak. Atau jangan-jangan Ciamis juga tidak mempunyai bank darah?

     Satu hal yang dikeluhkan masyarakat, kenapa biaya test laboratorium itu sangatlah mahal. Hampir 250.000,-  begitu mahal bagi keluarga yang memiliki pasien atau orang sakit yang memerlukan darah. Belum lagi ditambah biaya rawat inap, obat-obatan dan lainnya. masyarakat kecil apalagi mereka selalu bertanya dimana letak kesehatan gratis yang digembor-gemborkan dalam kampanye.  Dimana kebijakan pemerintah setempat untuk menekan lebih minim lagi segala hal untuk urusan kesehatan.

     Atau memang benar bahwa orang miskin itu dilarang sakit???

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *