Behind The Screen : Teater Sekolah, " Ruang Apresiasi Siswa "

3 min read

” Payungan aing!………!

Payungan…………..!”

        Bagi para penikmat teater yang kemarin nonton Pementasan “RAJA WALES” dari Teater Windu, mungkin akan sangat hafal dengan dialog itu. Ya! Dialog penutup yang diucapkn oleh Janggalak yang kegilaan terhadap kekuasaan.

 Dibalik itu semua, siapakah sosok Janggalak dalam kehidupan sehari-hari?

        Nurdin Alamsyah. Dengan nama itu beliau dilahirkan. Setitik riwayat nyata, yang akan kita ulas sedikit disini. Beliau ini merupakan guru besar Teater Windu Tasikmalaya. Bersama beberapa rekannya dia merintis Komunitas-komunitas Teater Sekolah dan alhamdulillah sampai sekarang semakin berkembang saja dan semakin bertambah. 

        Di sela istirahatnya, saya mencoba mengorek sedikit pengalaman beliau dalam urusan ngajar mengajar sebab yang saya tahu, dia itu seorang guru Seni Budaya  di sebuah SMA swasta di Tasikmalaya.

        Meskipun bukan lulusan resmi dari sekolah seni, tapi kinerja dalam hal berkesenian itu sudah terlihat nyata dan bisa disebutkan berhasil. Ada apakah dibalik keberhasilan itu? Dengan santai dia pun menjawab : ” Jangan pernah takut akan salah, dari pada tidak pernah salah sama sekali”, dapat saya simpulkan mungkin bahwa kenapa harus takut dengan salah toh kalo itu semua memberikan satu pelajaran yang berguna bagi kita. Kita takkan bisa tahu bahwa kita berhasil kalo tidak pernah merasakan salah. 

        Sosok manusia yang menyerupai Kentung dalam sinetron Jin dan Jun jaman dulu itu ternyata punya kepuasan tersendiri dalam membina teater sekolah. Salah satunya ketika berkumpul bersama dalam satu kegiatan acara. Itu yang sangat memuaskan bagi dia. “Kita tidak bisa memaksa anak-anak untuk mencintai teater, toh kita juga punya hak untuk memberikan mereka kebebasan memilih, berekspresi, dan berkreatifitas dalam hal yang mereka inginkan. 

        Harapan yang ingin dicari yaitu siswa sebagai apresiator. Karena apa? Ketika anak dipaksa untuk menyukai sesuatu yang tidak mereka suka, maka mereka akan mundur karena lelah dengan tekanan. Tapi biarkan saja dulu mereka melihat, menyimak, dan merasakan hidup dan berkecimpung dalm dunia teater. Toh kalo pun itu sudah terjadi dan mereka mersakan dengan satu kenikmatan yang dirasakan dengan hati, mereka juga akan tertarik dengan sendirinya. 

        Perjalanan dalam membina teater sekolah tentu tidak luput dari halangan dan tidak menutup kemungkinan jalan yang ditempuh pun banyak sekali rintangannya. 

        Salah satunya yaitu sistem dari pihak sekolah sendiri yang seakan kurang memahami. Sehingga  gerak anak pun jadi terbatas untuk berekspresi dan berkreatif. Padahal selama itu tidak mengganggu, menurut saya sah-sah saja. toh kalo pun mereka berhasil, nama sekolah mereka juga akan terangkat dengan sendirinya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Ditanya soal aktivitas sebagai guru seni budaya, ternyata efiss, begitu sapaan akrab beliau dalam berkesenian, ternyata dia punya metode sendiri dalam memberikan materi pelajaran meskipun sudah ada perangkat atau rancangan yang sudah ditentukan dari pihak sekolah. Karena baginya, lebih efektif memakai metoda pengajaran yang dia milik dan dia pelajari dalam kehidupan nyata dari pada pelajaran yang absurd seperti halnya dalam buku yang mungkin dia tidak mengalaminya. Tapi ketika membrikan pemahaman lewat metoda yang ia punya, ia sudah merasakan dan mempunyai pengalaman di bidang itu dan lagi ia sangat yakin ketika orang bertanya tentang kesenian yang sifatnya sangat-sangat universal            Terlepas dari itu semua, banyak anak-anak didikanya bertanya pada saya, kapan dia married? Yaaa….enteng saja saya jawab, dia sudah jatuh cinta dengan kesenian. Tapi…….bener juga, selama saya memperhatikan beliau, belum pernah saya lihat dia bonceng seorang perempuan, atau pernah berkata mau ngapel. Atau jangan-jangan dia…….iiiiiiyyy tatauuuut. Tapi dilihat dari sikap yang dewasa banget, saya yakin tak lama lagi dia akan menemukan jodohnya, kita tunggu tanggal mainnya aja, oce!!                   

        Oiya, ada satu hal yang menarik dari beliau. “Kontroversi adalah Kreatif”, begitu ucapan nya. jadi kaget kalo-kalo terkadang ia punya sifat keras kepala yang bener-bener keras. Dia punya alasan dan alibi untuk itu yang jelas salut buat beliau. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *