Berpikir dengan Topi

1 min read

ImageKALAU anda sering membaca tentang cara berpikir, tentu akan mudah sekali mengenali 6 cara berpikir yang dikemukakan Edward de Bono dalam bukunya Revolusi Berpikir, bahwa cara berpikir seseorang tentang suatu hal bisa dikualifikasikan ke dalam jenis topi.

Kalau anda sering membaca tentang cara berpikir, tentu akan mudah sekali mengenali 6 cara berpikir yang dikemukakan Edwar de Bono dalam bukunya Revolusi Berpikir, bahwa cara berpikri seseorang tentang suatu hal bisa dikualifikasikan ke dalam jenis topi.

Pertama, berpikir ala topi putih. Topi yang satu ini terkesan nertral tak berwarna. Maka kata Bono, orang yang berpikir dengan topi putih hanya akan bersikap objektif, netral, penuh fakta dan informasi. Artinya, orang yang menggunakan topi putih tidak mungkin menggunakan perasaannya.

Kedua, topi merah. Sesuai sifatnya, merah biasana identik dengan perasaan dan intuisi. Pada prosesnya berpikir semacam ini hanya menggunakan aspek rasa. “Rasanya bagaiman?”, “enak gak ya?” dan semacamnya berarti ia sudah berpikir dengan topi merah. Maka topi merah sangat bertentangan sekali dengan topi putih yan mengabaikan perasaan. Nah, dalam perdebatan, jika satu kubu bicara dengan cara berpikir topi putih dan pihak lain bicara dengan topi merah, biasanya pembahasan tak mencapai akhir (kesimpulan). Inilah yang sering kita dapatkan, bukan kesan solutif yang dihasilkan melainan terdebatan tiada putusnya yang memuakan.

Ketiga, topi hitam. Sesuai sifatnya yang tegas, berpikir ala topi hitam sama hal dengan memandang sesuatu baik buruknya. Melibakan fakta tapi opini tetap berlaku. Berbicara tentang bagaimana sebenarnya perkara itu sambil membuka pula kelemahan-kelemahannya.

Berbeda dengan topi hitam, bagian keempat yaitu berpikir ala topi kuning. Topi kuning menyampingkan kemungkinan yang  optimis tanpa menyinggung resikonya apa, atau kelemahannya apa. Topi kuning tidak menghakimi secara objektif melainkan selalu berpikir masa depan yang pasti sukses, yang berhasil dan yang menguntungkan saja. Selain itu, harus ada alasan pula kenapa suatu hal mungkin berhasil bila dijalankan.

Lalu yang kelima topi hijau. Seputar alternatif, kreaif atau lebih ke bagaimana menyelesaikan sesuatu masuk ke dalam berpikir ala topi hijau. Jika mencari dimana anda mengeluarkan gagasan, di sinilah tempatnya. Topi hijau lebih terbuka dengan saran yany bersifat solutif. Kali ini eksplorasi mengenai fakta pun bukan hanya sebagai bahan informasi, tetapi lebih pada pencarian solusi. Pokoknya ide-ide baru berkumpul disini.

Terakhir cara berpikir dengan topi biru. Dari segi arti biasanya biru itu lebih arif dan jeli memandang sesuatu karena hakikatnya semakin tinggi seseorang memandang yang terlihat adalah warna biru. Benar, bahwa dengan topi biru biasanya lebih berpikir ke arah evaluatif, mempertanyakan sejauh mana kita berjalan?, dimana posisi kita?, apa yang sudah dihasilkan?, kemana lagi akan melangkah? sekaligus mengomentarinya. Dengan demikian satu hal tak mungkin jauh dari harapan karena selalu diawasi dengan berpikir ala topi biru ini.

Nah, selama ini bagaimana cara anda memandang sesuatu? Dengan topi putih yang penuh fakta kah? Merah yang dengan perasaan? Hitam dengan menghakimi? Kuning yang optimis? Kreatifnya topi hjau? atau secermat si biru? Semuanya bisa berpadu, asalkan tahu posisi dimana kita ditutut untuk berpikir.

File Suport : Enam topi berpikir Edwar de Bono, Revolusi Berpikir, Mizan Media Utama, Bandung: 2007

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *