Catatan Berekor Kuda Dengan Keranda di Tubuhnya

39 sec read

Oleh : Affrilia Utami

 

/1/

aku tidak bisa sedekat itu dengan alas kukumu

silau cahaya buatku tertunduk mengembalikan ingatan lampau

melangkah melewati sampah-sampah setelah rumah tangismu

kamu tidak akan pernah tahu

seberapa banyak coretan penuhi catatan bathinku

liriklah barang sebentar, aku menunggu dua matamu

di lampu tua, pinggiran jalan-jalan yang mengatarkan

kehidupan –

pada kematian.

/2/

sepatu-sepatu terpasang disatu wajah

diam-diam berjalan, bersuara rangkak, dan mengendus-ngendus

tapi kamu berlari dengan pecutan dari pak Kusir yang tak hafal arah jalan

lupa bertanya pada Tuhan.

 

kamu tersesat,

jadi

mayat yang sekarat .


/3/

dia bertanya padaku, tentang kabar kematian tiga hari kedepan

dia mengancam agar aku menghapus dan merobek-robek nisan

yang menuliskan nama ditubuhnya. dia berniat membunuhku

–di neraka.

 

/4/

kau tahu arti sepi?

barangkali yang kau tahu hanya tentang kematian sepi

atau titik-titik dengan barisan membentuk garis

membentuk raut yang aku tidak kenali barang sesaat pun

kau tahu arti hidup?

tapi kau hanya menjelaskannya dengan nafas dan nafsu.

 

/5/

mereka berkata bahwa ini bumi tempat manusia bercinta.

tapi aku bersuara, ini tempat kebencian terlahir dengan gerak

berkembang menyumbangkan benih di bumi yang ada dirahimmu.

untuk kemudian membangun dan menghancurkan. begitulah fasenya.

 

10 Juli 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *