Arungi senja merah terpapah di gores tanganku
Tanpamu yang terbiasa ku lihat,Kini waktu seperti mematung terpahat
Dinginnya angin malam yang menerpa menusuk rusuk rusukku
Hijrah jauh ku lampaui, dari senyummu yang seperti senja yang memapah fajar
Katamu yang menggelitik hati, berat beban tanpamu ku tak terhenti
Jauh jarak terpasang dengan pasti
Tetap saja selalu terasa dekap kasihmu di relung hati
Kini hati sedikit menangis ..
Melihatmu terbaring di rumah tragis itu,
Belum para jarum yang satu-persatu menembak kulit kapasmu
Tak sanggup mata menatapmu kaku seolah tak berdaya
Semakin lama ku melihatmu, semakin banyak pula airmata yang membanjiri farasku ..
Bangunlah secepatnya, kau pasti bisa lewati semua ini
Percaya pada dirimu!!
Derita yang kau lewati semakin buatku ingin menggantikan deritamu
Kelumpuhan hati saat tiada penopang rindu
Belum lentara yang terpasung dangkal di telagamu
Niasnya ke kosongan yang benar merenyuh galau, menyisipkan risau
Kini ku berlari tanpa henti, namun ku lihat lampu merah menyapa daki
Terpaksa ku harus berhenti, menjalankan aturan yang berbelit teori
Memutar arak mega yang merayap diantara biru
Menghentikan awan hitam sebelum langit senyum ku lihat
Ku menanti, setia di sini ..
Meski kau harus hijrah di negasa asing sana
Lekas sembuhlah, jika kau tak ingin lihatku terpasung merana
Ku sedikit menunda-nunda lirik lirih yang pernah kau beri
Semakin mengingatmu terkapar di sana, semakin berat pula ku jalani hidup di sini
Jika boleh, Secepatnya ku ingin keluar dari waktu
Agar tak ku lihat kematianmu lebih dulu ..