10 Zulhijjah, hari ini, umat Islam di seluruh dunia merayakan salah satu hari raya yng sering kita kenal sebagai hari raya Idul Adha. Mungkin jika orang mendengar tentang hari raya Idul Adha ini, banyak yang menyimpulkan tentang penyembelihan hewan kurban. Padahal esensi dari hari raya Idul Adha itu sendiri adalah mengorbankan sebagian harta kita untuk orang yang membutuhkan karena Allah SWT. semata. Banyak orang yang hanya mengorbankan harta mereka padahal mereka tidak tahu apa esensi kurban itu sendiri.
Jika kita mengingat sejarah, Idul Adha diawali ketika Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT. lewat mimpi untuk menyembelih anaknya sendiri yakni Nabi Ismail. Bisa kita bayangkan bagaimana hati Nabi Ibrahim ketika harus menyembelih anak yang ia sayangi dan ia cintai, tapi pada saat itu Nabi Ibrahim tetap sabar untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Hingga akhirnya, Nabi Ibrahim pun membawa anaknya ke bukit yang tinggi untuk disembelih. Pernahkah kita bayangkan ada orang tua yang akan menyembelih anaknya? Dan Nabi Ibrahim sanggup untuk melakukannya hanya untuk membuktikan iman dan taqwanya terhadap Allah SWT. Tetapi ketika puncak iman dan ketaqwaan seorang hamba diuji oleh Allah SWT., dan hambanya pun akan menjalankan perintah-Nya, maka ketika itu Allah SWT. menggagalkan penyembelihan itu dan mengganti seembelihan Nabi Ibrahim dengan hewan biri-biri yang sangat besar.. Dan hingga saat ini, peristiwa tersebut selalu umat islam laksanakan setiap tahunnya.
Melihat fenomena sosial saat ini sungguh sangat ironi sekali. Banyak orang yang hanya mau berkurban ketika hari raya Idul Adha saja. Padahal bentuk realitas berkurban dapat dilaksanakan setiap waktu. Apalagi jika kita melihat aspek historis kurban itu sendiri. Penduduk Indonesia saat ini seharusnya bisa mengetahui esensi kurban sebenarnya karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mungkin mengapa di Indonesia banyak terdapat penduduk yang miskin sampai saat ini, salah satunya mungkin kurang terealisasinya sikap berkorban di kalangan penduduk Indonesia saat ini. Bayangkan saja, jika setiap orang kaya di Indonesia mau berkorban demi keberlangsungan hidup orang miskin, mungkin jumlah orang miskin di Indonesia akan semakin berkurang.
Apalagi jika kita melihat para pelajar saat ini, sungguh sangat mengkhawatirkan sekali. Dewasa ini, banyak para pelajar yang bahkan tak pernah tahu tentang Idul Adha sendiri. Para pelajar saat ini lebih banyak bersenang-senang dengan kehidupan duniawi mereka tanpa memperhatikan kondisi saudara-saudara di sekitar mereka. Mungkin hal ini cukup membuktikan bahwa kesadaran para pelajar untuk berkorban sangat minim. Kita patut khawatir akan hal ini karena kelak generasi penerus bangsa Indonesia ini adalah para pelajar yang hidup pada saat ini. Bangsa Indonesia membutuhkan para generasi pemimpin yang mampu berkorban demi kemajuan Indonesia kelak mdi kemudian hari.
Coba kita tengok sejarah bangsa ini, Indonesia bisa menjadi negara merdeka karena para pahlawan yang berjuang dan berkorban demi memerdekakan bangsa ini. Bagaimana ketika itu Jenderal Sudirman melawan penjajah walaupun beliau sedang sakit, Jenderal Sudirman rela mengorbankan nyawanya hanya untuk kemerdekaaan bangsa Indonesia . Sehingga Indonesia saat ini bisa merdeka karena perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang terus berjuang dan rela untuk berkorban demi kemerdekaan bangsa Indonesia .
Sebagai seorang pelajar, seharusnya kita mengerti akan esensi dari pengorbanan itu sendiri. Pengorbanan tak hanya identik ketika hari raya Idul Adha tiba, tapi pengorbanan yang sesungguhnya bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Apalagi hakikat kita sebagai seorang pelajar yang semestinya harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menjadi manusia yang cerdas sehingga sikap rela berkorban senantiasa terpupuk sejak dini dan kelak bangsa ini akan maju dan sejahtera.