IDAHOT

4 min read

Ini bukan kisah tentang Milea yang tergila-gila dengan rayuan Dilan, Bukan pula tentang Acha yang berambisi untuk mendapatkan Ikbal, apalagi seperti kisah Salma yang sangat bahagia bersama Nathan.

Bukan! Sangat jauh sekali!
Ini kisahku, coretan cerita diatas panggung sandiwara yang fana. Namaku Tya, hidup dengan harta melimpah adalah hal biasa. Aku memiliki segalanya, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang sangat mencintaiku, pun sebaliknya.
Kakiku melangkah pelan, menyusuri koridor kelas XI di sekolah. Sekolah dengan tekstur Eropa ini, menjadi incaran para pelajar di Indonesia. Kaki ini menuntunku memasuki sebuah kelas, yang tentu ini bukan kelasku. Aku duduk di salah satu meja, membawa bekal berwarna hitam yang kubuat sendiri kemarin malam. Isinya hanyalah brownis berukuran sedang, yang pasti ini makanan favorit orang yang ku cintai.
“Ngapain lo disini?. “
Aku terkejut. Suara itu, suara yang sangat kurindukan. “Eh, ha.. Hai Ray.”
“Pergi.” Nada itu, nada yang paling ku hindari 3 tahun lalu.
“Maaf, Tya cuman nyimpen brownis kesukaan Raya kok. ” Aku menunduk, sungguh rasanya tak berani melihat kekesalan di wajah tampanya itu.
” Udah gue bilang berapa kali sih Tya? Jangan pernah ganggu hidup gue lagi. Asal lo tau, gue ngak nafsu sama lo. “
Air mataku mengalir, merambat keras bersamaan dengan ucapan pedas Ray kepadaku. “Ma.. Af, Tya cuman… “
“Elo bego Tya, perjuangin orang yang ngak akan pernah kembali merjuangin lo.”
Benar Ray, aku tau itu. Aku sadar, dan kau benar. “Tya gak peduli, mau Ray suka atau ngak sma Tya. Itu hak Ray, Tya cuman bahagia melakukan ini dan… “
“Lo bahagia! Tapi gue yang tersiksa, lo ngak tau hidup gue Tya. Lo cuman sahabat gue dulu, dan sekarang kita ngak ada ikatan lagi. “
Ray menghela nafas kasar, meremas rambut yang sudah rapih . Apakah aku sangat membuatnya kesal?.


Suasana kelas XI-2 yang ricuh perlahan tenang.pantas saja, wanita muda yang sebenarnya guru Sejarah itu berjalan dengan tenang. Pikiranku berhambur pada kejadian tadi pagi, teringat dengan kerasnya Raya memaki ku. Ahh, apakah harus ku sudahi semua rasa ini. Melepas Ray dengan pilihannya, atau masih ditempat dan menunggu?

“Tya, kenapa kamu melamun?. “ suara nyaring itu mengagetkan ku. Bagaimana mungkin? Bu Ratih sudah ada di depan ku dengan kacamata hitam yang bertengger di matanya.
“Eh, ibu. “ aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, tersenyum kikuk dan membalas tatapan tajam Bu Ratih. “ Saya tidak melamun bu, “
“Tidak? Apakah mata saya yang bermasalah melihat seorang Astya Lezoardi tidak memerhatikan? “ itu pertanyaan, tapi kenapa ditelingaku terdengar seperti pernyataan. Ah, entahlah.
“Sekarang jelaskan yang ada di papan tulis! “
Aku terkaget untuk kedua kalinya. Jelaskan? Bahasannya saja, aku tidak tau. Mataku menerawang pada papan tulis, disana masih kosong. Hanya ada kata ‘IDAHOT’ dengan ukuran yang sangat besar.
“Kalau kamu memerhatikan, otomatis kamu mengerti yang saya bicarakan Astya, “
Aku hanya diam, rasanya semua materi hilang dari otakku. Ingin menjawab tapi tidak tahu harus menjawab apa.
“Astya? “ suara Bu Ratih memanggil namaku lagi. “Perhatikan, dan pahami. Saya tidak mau kejadian ini terulang kembali. “
“Baik bu, saya minta maaf. “ Bu Ratih kembali ke mejanya.
“Baiklah, kita lanjutkan kembali. Ada yang masih ingat singkatan dari IDAHOT? “
Oh, IDAHOT singkatan. Aku kira itu nama, atau hewan.
“Saya bu. “ seorang temanku yang duduk dibangku depan mengangkat tanganya, dia memang pintar. “IDAHOT singkatan dari Internasional melawan Homofobia, Transfobia, dan Bifobia. Dibeberapa negara juga dikenal dengan istilah Internasional day againt Homofobia. “ anak pintar itu menjawab dengan singkat, padat, jelas, dan lugas.
Aku jadi iri, hampir semua teman di kelasku selalu mendapat juara pararel setiap tahunnya. Sedangkan aku? Pelajaran saja sudah lupa saat memasuki rumah.
“Benar zafran,yang lain ada yang mau menambahkan? “ kata Bu Ratih. Meskipun ia tersenyum, namun nada bicaranya tetap sinis.
“Saya bu. “ gadis dengan rambut berkepang dan kacamata besar, mengangkat tangannya, “ IDAHOT sendiri diperingati setiap tanggal 17 dibulan Mei. Namun gagasan awal muncul pertama kali pada tahun 2003,sedangkan dibeberkan secara umum pada tahun 2004 dan awal perayaan pada tahun 2005. Tapi, sebagian juga berpendapat bahwa perayaan pertama sama dengan sebener kanya yaitu pada tahun 2004.”
“Iya Ratna, bagus. Ada lagi? “ semua murid terdiam,mata bu. Ratih terus menyapu kelas seakan mencari mangsa.
“Baiklah, akan saya lanjutkan. Pencetus dari adanya IDAHOT sendiri adalah Louis Georges Tin, salah satu ahli berkebangsaan Perancis. “
“Homofobia sendiri diartikan ketakutan terhadap homoseksual dan bentuk-bentuk lain yang menunjukan keintiman dia jenis kelamin yang sama. “
Sungguh aku paling tidak suka dengan materi sejarah yang hanya mengulang masa lalu, lebih baik memandang masa depan bukan? Apalagi mendengar perkataan para ahli yang sangat membuat otakku remuk. Lebih baik, aku memikirkan Ray. Ahhh…kenapa bahas Ray lagi sih. Lupakan… Lupakan…Tya… Lupakan!
“Sedangkan arti dari Transfobia adalah ketakutan dan kebencian atau perasaan yang sangat tidak nyaman dengan orang yang memiliki identitas gender yang tidak sama. Sampai sini, ada yang mau ditanyakan? “
Nanya apa yah? Masa aku harus bertanya kenapa Ray membenciku, dan apakah Ray juga tidak nyaman bersama denganku? Ishhh, aku malah tidak jelas, mana mungkin Ray juga menderita Transfobia?
“Maaf Bu, saya ingin bertanya. “ laki-laki berbadan besar itu mengangkat tangannya juga. “ Apakah itu sama dengan LGBT? “
“Iya Nanda, dari tadi ibu ingin kalian menyimpulkan bahwa IDAHOT sama dengan LGBT.Ibu sengaja, karena ingin kalian yang memahami perbedaan bahasa yang ibu jelaskan. “
“LGBT sendiri dinyatakan secara resmi oleh WHO atau Homoseksual dan Tra gender sebagai ganguan kejiwaan, dan bukan penyakit. Sampai saat ini IDAHOT diikuti oleh 130 negara, dibelahan dunia. “
Aku meresapi setiap perkataan yang bu. Ratih lontarkan, mungkin kalau Homoseksual itu bukan penyakit, berarti obatnya hanya di bawa ke psikiater. Ahhh, aku bingung. Tapi bertanya juga malu. Sudahlah, lupakan.
“Baik, untuk pelajaran hari ini sudah selesai. Saya pamit undur diri. “
Syukurlah, .Bu Ratih sudah pergi. Aku hanya ingin meratapi, hati yang sedang tersakiti. Menikmati setiap perihnya, dan menyudahi secara perlahan.


Hari minggu berjumpa. Kejadian waktu Ray memakiku sudah hilang entah kemana, terbang seakan tidak pernah ada. Aku tidak pernah marah padanya, karna rasa itu lebih kecil dari sayang yang kusimpan untuknya.

‘Tok… Tok… Tok…’
Rumah besar dengan warna netral putih dan hitam ini menyimpan kenangan kecil aku dan Ray. Saat dimana tawa masih terdengar, canda terlontarkan.
Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita parubaya yang masih sangat cantik. “Hai Tya, apa kabar. “
“Hai mami, Ty baik, “ Mami merangkulku, ada kenyamanan disetiap rengkuhanya.
“ Ayo masuk.”
Aku terduduk diruang tamu bernuansa Jepang ini, dikelabuti dengan warna merah dan pernak-pernik berbau Jepang.
“Mami, Tua ingin bertemu Ray. “
Mami hanya memandangku dalam, senyumannya hangus diganti dengan raut kecewa. “Ada ap Mi? Ray baik-baik aja kan? “

“Maafkan Mamih Tya, harusnya kamu tau dari awal. “
Tau? Apa yang belum aku ketahui?

“Ray sedang merayakan IDAHOT, dia pergi tadi malam. “
Apa? IDAHOT? Kurasa pernah mendengarnya. Tapi dimana?
Ah, ya waktu pelajaran Bu Ratih.
Hah? IDAHOT? Ray? Berarti…

“Iya Tya, Ray seorang gay, “ wajah mamih terlihat sendu, kurasa wajahku sudah tidak terkondisikan.
“Maksud mami apa? “Pertanyaan bodoh keluar dari mulutmu. Aku mengerti… Tapi

“ Mamih tau, Tya menyukai Ray. Tapi… Ray tidak akan bisa menyukai kamu. “
Deg seakan batu besar menindih tubuhku. Seakan gempa kencang menghempas nafasku. Apa ini?
Kebohongan yang seakan nyata, mengada-ngada hanya untuk tertawa. Air mataku sudah loncat dari tadi, waktu yang seakan berputar terasa berhenti. Ray? Gay?
Sahabatku. Yang selalu mendukungku saat orang lain mencibirku, yang makanya selalu ku anggap alunan rindu. Ray yang berubah tiga tahun lalu, yang tetap kucintai selama itu.

Tamat

Hallo pelajar!! Berjumpa lagi nih dengan Mil. Bagaimana ceritanya?
Bikin baper gak tuh Tya?
Atau bikin kasihan. Wkwkk
Kesimpulan, IDAHOT itu tidak buruk. Perayaan itu dirayakan karena adanya toleransi antar manusia. Sebagai manusia, sebaiknya tidak pernah memandang sebelah mata kepada kaum LGBT dan sejenisnya.
Ini bukanlah masalah baik dan buruk, karena itu hanya Tuhan sangat penentu. Ini masalah realita menghargai tanpa nyata.

Semoga tulisan ini bermanfa’at.

Salam literasi!!

Menjauh untuk Menjaga 

Puisi Chalisa Mutiara Zahra   Sejak pertama kita bertemu, Aku telah jatuh hati padamu. Namun hatiku menangis tersedu sedu, Karena teringat akan Sang-Pencipta mu....
Nizar Kobani
24 sec read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *