Indeks Sekolah Unggul

5 min read

INDEKS SEKOLAH UNGGUL*

Oleh Nizar Machyuzaar*

Baru-baru ini Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis Top 1000 Sekolah Berdasarkan Nilai UTBK. Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021 telah dilaksanakan  dua gelombang, yakni 12-18 April 2021 dan 26-30 April 2021 serta 1-2 Mei 2021. Diikuti 777.858 peserta dari 23.110 sekolah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Mandrasah Aliyah (MA), dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).

Seperti diketahui, Top 1000 Sekolah Berdasarkan Nilai UTBK sudah dikeluarkan LTMPT dua tahun terakhir ini.  Skor UTBK SBMPTN diperoleh peserta  dari dua materi uji, yakni Tes Potensi Skolastik (TPS) dengan bobot penilaian 60 % dan Tes Kemampuan Akademik (TKA) Saintek atau Soshum dengan bobot penilaian 40 %.

TPS menyertakan materi uji Penalaran Umum (PU) sejumlah 16 soal, Pengetahuan Kuantitatif (PK) sejumlah 15 Soal,  Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU) sejumlah 17 soal, Pemahaman Membaca dan Menulis (PMM) sejumlah 15 soal, dan Bahasa Inggris (B Ing.) sejumlah 15 soal. Sebanyak 78 soal TPS diujikan dalam waktu 98,5 menit untuk semua peserta, baik peserta Peminatan Saintek, peserta Peminatan Soshum, maupun peserta Lintas Peminatan atau Campuran.

Setelah sesi TPS, peserta peminatan saintek mengerjakan materi uji TKA Sainteks, yakni Matematika sejumlah 15 soal, Fisika sejumlah 13 soal, Kimia sejumlah 15 soal, dan Biologi sejumlah 15 soal dalam waktu 90 menit. Peserta peminatan soshum mengerjakan materi uji TKA Soshum, yakni Ekonomi sejumlah 15 soal, Geografi sejumlah 15 soal, Sejarah sejumlah 15 soal, dan Sosiologi sejumlah 15 soal dalam waktu 60 menit. Bagi peserta lintas peminatan, setelah mengerjakan TPS, mereka akan mengerjakan kedua peminatan secara berkala.

Data skor peserta kemudian digabungkan per sekolah. Namun, untuk keperluan statistik, hanya sekolah yang menyertakan alumni lebih dari 40 sebagai peserta UTBK 2021. Hasil pemindaian LTMPT terdapat 4.432 sekolah dari 23.110 sekolah. Setiap sekolah dapat mengakses nilai total dari rerata nilai TPS dan TKA UTBK dalam dua tahun terakhir penyelenggaraan pada situs resmi LTMPT.

Yang menarik, untuk tahun ini ranking 10 terbaik SMA sederajat cenderung tidak berubah dari Top 1000 Sekolah Berdasarkan Nilai UTBK 2020, baik sekolah di bawah Kemdikbudristek maupun Kemenag. Hal ini menandakan bahwa kualitas sekolah di dua kementerian tersebut dapat diandalkan. Lulusannya mampu mempertahankan prestasi akademik, setidaknya melalui UTBK.

Lima peringkat teratas disii oleh MAN Insan Cendekia Serpong, Kota Tangerang Selatan, nilai total 675.961 (naik 1 peringkat); SMAN Unggulan M. H. Thamrin, Kota Jakarta Timur, nilai 669.668 (turun 1 peringkat); SMAN 8 Jakarta, Kota Jakarta Selatan, nilai total 666.855 (naik 1 peringkat); SMAS Unggul Del, Kab. Toba Samosir, nilai total 661.832 (turun 1 peringkat); SMAS BPK 1 Penabur Bandung,Kota Bandung, nilai total 644.311 (naik 2 peringkat).

Peringkat keenam sampai kesepuluh diraih oleh SMAS 1 Kristen Penabur, Kota Jakarta Barat, nilai total 639.992 (tetap di peringkat keenam nasional); SMAN 3 Yogyakarta, Kota Yogyakarta, nilai total 647.208 (naik 5 peringkat); SMAN 5 Surabaya, Kota Surabaya, total nilai 636.596 (turun 3 peringkat); SMAN 28 Jakarta, Kota Jakarta Selatan, nilai total 638.017 (turun 4 peringkat); dan SMAN 1 Yogyakarta, Kota Yogyakarta, nilai total 630.614 (turun 1 peringkat).

Sementara itu, dari data statistik Top 1000 Sekolah Berdasarkan Nilai UTBK 2021 terdapat 870 SMA, 65 MA, 64 SMK, dan 1 PKBM. Pada tahun ini terdapat 138 sekolah pendatang baru, yakni 108 SMA, 20 SMK, dan 10 MA. 10 provinsi terbanyak terdata berturut-turut adalah Jawa Tengah (211), Jawa Barat (169), Jawa Timur (162), DKI Jakarta (132), DI Yogyakarta (83), Banten (49), Sumatera Barat (30), Bali (20), Sumatera Utara dan Riau(18), dan Kalimantan Timur (15).

Indeks Sekolah | Apresiasi mesti diberikan kepada LTMPT atas sebaran data statistik nilai UTBK dalam dua tahun terakhir ini. Laporan nilai hasil UTBK dapat dijadikan evaluasi berbagai pihak. Pemerintah melalui kementerian berkepentingan dapat mengukur ketercapaian proses pembelajaran dan pemetaan  keluaran peserta didik jenjang SMA sederajat yang terserap perguruan tinggi atau diistilahkan dengan indeks sekolah.

Lebih khusus, perguruan tinggi baik negeri dan swasta juga dapat memiliki gambaran masukan kualitas alumni sekolah yang akan menjadi calon mahasiswa. Apalagi, regulasi masuk ke perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan berbasis nilai rapor atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dipermudah dengan pemetaan atas rekam akademik indeks sekolah, terutama prestasi akademik lulusan sekolah berbasis akumulasi nilai UTBK setiap tahun.

Bagi masyarakat, hasil data statistik ini dapat dijadikan rujukan penentuan Pendaftaran Peserta Didik  Baru (PPDB) dari jenjang SMP sederajat ke jenjang SMA sederajat. Lebih jauhnya, orang tua dapat memproyeksikan program studi anak di perguruan tinggi lebih dini dan berkesinambungan sejak masuk jenjang SMA sederajat. Sebabnya, pertimbangan masuk perguruan tinggi, yakni jalur mandiri (UM) berhubungan dengan indeks siswa, indeks sekolah, dan terutama indeks wilayah. Beberapa perguruan tinggi telah membuat kebijakan indeks wilayah dalam penerimaan mahasiswa baru.

Bagi sekolah, data statistik ini menjadi evaluasi, bahkan cambuk untuk meningkatkan pelayanan kualitas pembelajaran. Kita percaya bahwa semua peserta didik memiliki beragam kecerdasan. Pemetaan minat dan bakat peserta didik dalam memilih program studi di perguruan tinggi atau memilih keahlian untuk bekerja perlu didesain seiring dan seirama dengan beban kurikulum sekolah.

Untuk itu, LTMPT juga mesti membuka data untuk 3.432 sekolah lainnya yang tidak tercantum dalam Top 1000 Sekolah Berdasarkan Nilai UTBK 2021. Hal ini menjadi teristimewa agar semua sekolah dapat mengevaluasi diri atas capaian prestasi akademik lulusannya. Hal ini dimungkinkan dengan memuat menu tambahan di situs LTMPT sehingga setiap sekolah dapat mengetahuinya tanpa diakses secara umum.

Namun, perlu kajian lebih mendalam atas sebaran kelulusan SNMPTN di sekolah, terutama yang masuk peringkat 10 besar. Mengapa hal ini penting? Sebabnya, UTBK SBMPTN dilaksanakan setelah pengumuman SNMPTN. Sementara itu, kita mengetahui bahwa jalur masuk SNMPTN menyertakan sebagian besar peringkat paralel tertinggi peserta didik sekolah peminatan Ilmu-ilmu Alam dan Ilmu-ilmu Sosial.

Asumsinya, untuk sekolah-sekolah dengan rombel banyak seperti di SMA negeri, peserta SBMPTN diikuti sebagian kecil peserta didik yang tidak lulus SNMPTN dan diikuti sebagian besar lulusan SMA yang tidak berhak mengikuti SNMPTN. Sebagai contoh, SMA Negeri 3 Bandung memiliki indeks siswa, indeks sekolah, dan indeks wilayah yang tinggi bagi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Setiap tahun lebih dari 40 % peserta didik SMA tersebut lulus melalui jalur SNMPTN di dua perguruan tinggi ini karena berhubungann dengan indeks wilayah yang menjadi kebijakan otoritatif setiap perguran tinggi.

Sebaliknya, ketiga indeks tersebut menjadi relatif jika dibandingkan dengan Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Hal ini dimungkinkan karena rekam akademik lulusan SMA tersebut selama ini rendah memilih kedua perguruan tinggi ini. Mungkin, sudah saatnya juga setiap perguruan tinggi untuk membuka dapur masing-masing dan mengumumkan indeks relatif sekolah terhadap perguruan tingginya. Gambaran seperti ini terjadi di semua provinsi. Dengan demikian, gambaran indeks relatif sekolah terhadap perguruan tinggi ini tentu akan menjadi penyeimbang data statistik yang dirilis LTMPT.

Indeks Literasi | Apa yang dapat dipantik oleh sekolah-sekolah di Indonesia dari data statistik yang dikeluarkan LTMPT dan anasir indek relatif sekolah terhadap perguruan tinggi setempat. Apalagi, bagi sekolah-sekolah yang tidak masuk ke dalam peringkat 1000 tersebut. Beberapa kalender akademik sekolah berikut ini dapat dipertimbangkan oleh sekolah untuk memperbaiki daya serap lulusannya di perguruan tinggi.

Pertama, ada berbagai alat ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengevaluasi kesiapan lulusannya dalam UTBK. Yang dimaksud adalah data hasil Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang menyasar kelas XI. Data tersebut dapat dijadikan acuan evaluasi kesiapan peserta didik saat masuk ke tingkat XII. Selain itu, program Giat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat literasi peserta didik sejak kelas X.  Literasi (Baca-Tulis) dan Numerasi (Literasi Berhitung) di Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) akan ekuivalen dengan kemahiran lulusan SMA sederajat dalam mengerjakan soal TPS pada UTBK yang 80 % soalnya berbasis teks.

Kedua, pemaksimalan fostur kurikulum sekolah, apalagi untuk SMK, dapat dilakukan oleh sekolah dengan membuat kebijakan lokal tingkat satuan pendidikan, yakni sekolah memberi fasilitas KBM yang berhubungan dengan materi uji dan tipe soal UTBK SBMPTN. Hal ini ditempuh karena model evaluasi di sekolah (ulangan harian, Penilaian Tengah Semester, Penilaian Akhir Semester, dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional) berorientasi menguji materi ke belakang, yakni yang telah diberikan sesuai dengan kurikulum. Sementara itu, UTBK menyertakan materi uji dan tipe soal prediktif, yakni menilai potensi akademik peserta didik ke depan. Disparitas pengetahun inilah yang mesti diantarai pihak sekolah agar lulusannya dapat bersaing di UTBK.

Terakhir, perlu digagas sebuah formula untuk mengukur indeks literasi sekolah. Selain regulasi, sarana dan prasarana, yang tak kalah penting adalah peran guru di sekolah dan orang tua di rumah yang mumpuni mencetak generasi berliterasi tinggi. Sebabnya, dalam pengertian luas, literasi dapat dipahami sebagai segenap potensi peserta didik yang berhubungan dengan multiintelegensi untuk dapat menjawab tantangan hidup dan bersaing pada era globalisasi dan disrupsi teknologi.

*Sumber: artikel “Indeks Sekolah Unggul” termuat dalam Kolom Opini di Harian Umum Pikirian Rakyat (20/10/2021)

Penulis: Ketua Mata Pelajar Indonesia

Biodata Penulis

Nizar Machyuzaar

Penulis, aktif sebagai ketua Mata Pelajar Indonesia. Karya tulis dimuat di Laman Artikel Badan Bahasa Kemdikbud, Koran dan Majalah Tempo, Harian Kompas, Harian Umum Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Kabar Priangan, dan beberapa portal berita digital. Karya: Buku puisi bersama  Doa Kecil (1999), buku puisi tunggal Di Puncak Gunung Nun (2001), dan buku Kumpulan Puisi Bersama Muktamar Penyair Jawa Barat (2003). Terbaru, artikel bahasa dimuat di Kolom Bahasa Majalah Tempo, Kolom Bahasa Harian Kompas, Wisata Bahasa Pikiran Rakyat, artikel bahasa di beberapa porta berita digital, seperti badanbahasa.kemdikbud.go.id, kapol.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *