Katakan Tidak untuk Korupsi!

2 min read

ImageSEJALAN dengan apa yang diharapkan dan direncanakan, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi-red) datang untuk menghadiri undangan Panitia Workshop Pelajar Anti Korupsi atas nama OSIS SMA Al Muttaqin. Begitu pula dengan peserta yang hadir. Terhitung sebanyak 53 peserta SMP atau sederajat dan 82 peserta SMA atau sederajat.

Sebagai salah satu aplikasi budaya anti korupsi, acara berjalan hampir sesuai dengan apa yang kami skenariokan sebelumnya. Mengapa hampir? Acara yang pada awalnya akan dibuka oleh Pak Walikota yang dimandatkan kepada Pak Wakil Walikota Tasikmalaya, namun ternyata hingga ketua panitia, Siti Awaliyati, menyampaikan sambutan, beliau belum juga hadir. Menurut keterangan, beliau sedang menghadiri acara lain yang lebih insidentil. Alhamdulillah, akhirnya beberapa saat kemudian Bapak Endang Suherman, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya yang baru, datang untuk membuka acara dan menjadi keynote speaker.

Tim KPK yang datang menghadiri acara ini adalah Pak Yudi Purnomo, S.Hum. Pria berusia 25 tahun yang mengantongi gelar S1-nya di UI ini mengemas acara dengan rapi dan menyenangkan. Sehingga peserta maupun panitia enggan untuk pergi meninggalkan tempat duduk.
Banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari materi yang disampaikan. Salah satunya adalah pengaruh budaya korupsi terhadap bangsa. Materi ini disajikan dalam bentuk power point dengan gambar-gambar yang menyita perhatian. Sangat miris hati ini saat melihat tayangan betapa berat cobaan yang mesti mereka hadapi sebagai akibat ulah dari para koruptor. “Perilaku para koruptor ini mempengaruhi banyak aspek. Salah satunya adalah pendidikan yang semakin mahal, tingginya ekonomi, BBM, pengangguran, hingga gizi buruk.” Dengan kata lain, korupsi membunuh bangsa!

Oleh karena itu, sebagai pelajar kita harus sudah mampu menguasai dimensi gerak pelajar sebagai gertakan awal terhadap berbagai tantangan yang kemungkinan besar akan muncul. Intelektual, jiwa muda, idealism, dan pergerakkan. Untuk memulainya, harus dimulai dari diri kita sendiri. “Berani berkata terhadap perilaku sogok menyogok, mengajarkan keluarga untuk untuk bersikap jujur, menjadi penggerak, memulainya, dan mengebangkan jaringan anti korupsi.” terang Pak Yudi.

Karena workshop,harus ada pembelajaran yang diterapkan sebagai aplikasi langsung. Dengan menerapkan salah satu ciri orang yang nati korupsi, yakni sederhana, maka panitia membuka ‘Warung Kejujuran’ dengan menu-menu tradisional.

 

Warung Kejujuran

Warung kejujuran yang membuka dua sesi, terdiri dari warung snack dan warung nasi ini digandrungi juga oleh para peserta. Untuk membedakan dengan warung-warung lainnya, panitia membuat khusus uang kejujuran ala Al Muttaqin. Rupanya hampir sama dengan uang pada umumnya. Perbedaannya terletak pada nominal dan ukurannya.

Nominalnya dibagi dalam empat pecahan kertas, yaitu sebesar 600, 800, 1.050, dan 3.150. Panitia juga sudah menyiapkan uang pecahan logam Rp 50, Rp 100, Rp 200, dan Rp 500 untuk kembaliannya. Sehingga peserta dilatih untuk jujur saat mengembalikan uangnya. Uang Al Muttaqin senilai dengan uang rupiah.

Di warung kejujuran ini, menu yang disajikan bukanlah menu yang mewah. “Kami ingin memperkenalkan beberapa menu tradisional Indonesia. Barangkali banyak yang belum mengenal dan mencobanya.” Ujar Dwi Yulia, koordinator divisi konsumsi ini. Menu untuk snack terdiri dari apem dengan harga Rp 500,00, leupeut seharga Rp Rp 500,00, risoles seharga Rp 500,00, kue pudding dengan harga Rp 500,00, dan air gelas dengan harga Rp 500,00. Sedangkan menunya, terdiri dari nasi TO (tutug oncom) dengan harga Rp 2.000,00, telur dadar dengan harga Rp 600,00, cipe (aci tempe) dengan harga Rp 500,00, asin Rp 200,00, dan sambal Rp 300,00, dan lalab.

Pada awalnya, menu-menu ini sempat menjadi perdebatan panitia karena dikhawatirkan peserta kurang menyukai makanan tradisional. Rencana panitia dengan menyiapkan berbagai macam makanan tradisional itu antara lain untuk menunjukkan sifat sederhana. Yang menjadi salah satu hal cirri kita tidak korup. Dan kita memunculkan image tersebut, dalam acara workshop ini kepada para peserta. Namun apa yang dikhawatirkan tidak terjadi sama sekali. Mereka menikmati menu-menu yang disajikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *