Kearifan Local Dan Symbol Yang Hilang

1 min read

Kearifan Local Dan Symbol Yang Hilang
 
Dan Brown adalah seorang pengarang yang sangat controversial. Ketiga buku novel karangannya, yaitu ‘DA Vinci Code’, ‘Angles And Demond’, dan yang paling anyartelah menjadi best teller dan menjadi buah bibir dimana-mana.
Brown menulis trilogy tersebut, berdasarkan riset yang sangat serius, dan semua organisasi, ritual, maupun setting histories di novel trsebut adalah berdasarkan fakta di lapangan. Terlepas dari penafsiran Brown yang controversial telah mengajarkan kita suatu hal penting.
Ternyata kebudayaan barat yang terkenal sangat rasional juga menyimpan kearifan yang bersifat spiritual. Trilogy tersebut mengungkapakan, bahwa ilmuan-ilmuan terkenal dari barat, seperti Isaac Newton, Albert Eintein, ataupun yang lainnya ternyata adalah para spriritualis/mistikus tulen. Bagaimana detail dari semuanya, bisa dibaca di trilogy brown. Namun pada intinya menurut trilogy brown, kebudayaan barat bisa mencapai tujuan yang spektakuler ini bukan sekedar karena pengetahuan rasional. Namun juga karena mereka berpegang teguh pada tradisi spriritual atau mistik yang bersifat holistic.
Kisah di atas tentu bukan sesuatu yang asing di Asia, Tiga bangsa di Asia Timur, Jepang, China dan Korea telah lama menggabungkan tradisi spriritualis mereka yang kaya dengan kemajuan sains modern.
Semua gedung bertingkat di hongkong walaupun di bangun dengan sains modern, ternyata di desain berdasarkan prinsip Feng Shui. Jepang selalu menggabungkan manajemen modern mereka dengan prinsip Kaizen. Yang mereka warisi sejak dari jaman samurai. Berkat “perkawinan antara tradisi rasional dan intutif/misitk “ tersebut, mereka bisa mencerap kemajuan. Kaum muslimin di jaman khalifah juga demikian. Dokter paling hebat di masa itu, yaitu Ibn Sina , ternyata pada paruh akhir hidupnya menjadi seorang sufi. Demikian juga dengan Al Farabi dan Al Ghazali. Di era khalifah, Bagdad dan Kordoba menjadi tempat bercampur baurnya berbagai falsafah yang bersifat rasional ataupun intuit/ spiritual.
Bagaimana dengan kita di Indonesia?? Apakah kita juga memiliki tradisi serupa, seperti kebudayaan lain? Ternyata iya. Sila pertama pada pancasila, yaitu “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ merupakan suatu pernyataan yang menunjukan tradisi spriritualis bangsa Indonesia. Terlepas apa penafsiran setiap agama terhadap sila pertama, pancasila sudah memberitahukan kepada kita, bahwa dasar Negara kita memiliki pondasi spiritualitas yang sangat kuat. Setiap daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memiliki tradisi spiritual yang luar biasa .
Jawa merupaka tempat asal usul dari wali songo. Sementara bali merupakan salah satu pusat spriritualis hindu, dan flores merupakan tempat yang menghasilkan banyak biarawan khatolik.
Singkat kata, jika kita melihat, bahwa peradaban barat dan Asia Timur menjadi maju karena menggabungkan sains modern dengan dengan kearifan local, bukankah hal yang sama juga dapat kita lakukan?? Bukankah dengan menggabungkan apa yang rasional dan intutif akan membawa kita kepada mengusai seluruh keadaan??? Adapun selain kita mengadopsi sains barat, ada baiknya kita mulai berrefleksi ke dalam, dan melihat tradisi keadaan kearifan local sendiri. Mari kita mulai bersama-sama menemukan symbol yang hilang pada budaya masing-masing. 

Vina nurkhairunniza
Smk miftahussalam
Baju kopral

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *