Kenali Diri, Kembangkan Potensi

2 min read

PERKULIAHAN tahun akademik baru telah bergulir. Libur panjang telah berakhir. Suasana kampus kembali menghangat dengan berbagai macam kegiatan. Bagi mahasiswa lama, perkuliahan ini sudah menjadi kebiasaan. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan suasana bagi mereka yang menjadi mahasiswa baru. Ada perubahan status, dulu siswa, sekarang mahasiswa. Dulu, seragam putih-abu selalu melekat, sekarang harus menanggalkannya. Dengan suasana yang berbeda ini, tentulah harus dapat beradaptasi dengan baik agar apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

Orientasi perkuliahan, atau yang lebih dikenal dengan Ospek merupakan wahana untuk berinteraksi, beradaptasi, mencari teman baru dan sebagainya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah proses penyampaian dan pembiasaan agar mahasiswa baru dapat berinteraksi dan beradaptasi.

Satu minggu ke belakang, tepatnya tanggal 26 September 2009, mahasiswa baru IAID Ciamis pun mengikuti orientasi ini. Bagi mahasiswa IAID, orientasi ini lebih dikenal dengan nama Tamada, Ta’aruf Mahasiswa Darussalam. Tamada kali ini mengambil tema “Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru IAID 2009”.

Menjadi pembelajar sukses, tentu harus ada motivator, pendorong, baik dari dalam diri sendiri, maupun dari lingkungan sekitar. Untuk menyirami dan menggugah semangat belajar mahasiswa baru, pada tamada kali ini ada pelatihan khusus yang disampaikan oleh Dr. H. Fadlil Yani Ainusyamsi, M.Ag.

Kegiatan ini dimulai setelah shalat Isya. Peserta dibariskan empat berbanjar di depan gedung Nadwatul Ummah. Peserta memasuki ruangan mengikuti alunan musik yang menggugah semangat. Peserta berkumpul di dalam ruangan dan menggerak-gerakkan badan mengikuti irama dan arahan pelatih. Kepenatan yang ada pada diri tentu akan terasa lebih ringan, diganti dengan semangat baru. Dilanjutkan dengan pengolahan nafas, nafas yang tadinya tidak karuan karena ajrag-ajragan, menjadi nafas yang teratur.

Peserta kemudian duduk bersila dan mata dipejamkan sambil mengatur nafas. Gedung menjadi gelap, suasana hening seketika, hanya suara binatang malam yang terdengar, inilah awal untuk mengingat keberadaan diri yang telah lama disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

Mata yang telah lama terpejam, terbuka seiring terangnya lampu yang menyinari seluruh ruangan. Pelatih memberikan materi, peserta dilarang menulis. Hal ini digunakan untuk memusatkan perhatian peserta pada satu titik, agar materi dapat diterima dengan baik.

Materi yang disampaikan adalah tentang empat karakter manusia. Dengan materi ini, peserta harus dapat menilai, mereka masuk kepada golongan mana. Untuk jawabannya, hanya mereka yang tahu. Keempat karakter itu adalah I don’t care, let’s just see, let’s just give it a try, dan I’m commited to take action and give 100 % participation. Pembicara menekankan tentang pentingnya sikap yang harus dimiliki supaya tujuan tercapai, yaitu sikap yang keempat, sikap komitmen untuk bertindak, berpartisipasi sepenuhnya, bukan menjadi orang tidak peduli, kumaha engké dan hanya mencoba-coba, akan tetapi penuh dengan perencanaan di-barengi dengan berusaha dan berdo’a.

Sebelum sampai kepada empat karakter tersebut, peserta dikenalkan dengan materi I Know. I Know merupakan sikap jelek manusia yang kadang tidak disadari bercokol dalam diri, sikap yang selalu menganggap remeh orang lain. Pelatih memberikan kesempatan kepada dua orang peserta putra untuk ke depan. Kedua peserta mendapat peran untuk saling bersahutan mengatakan “Aku tahu …”. Kedua peserta berekspresi di hadapan peserta lain, mereka sama-sama mengatakan “Aku tahu..”. Terasa suasana yang sedikit mencekam, sudah kebayang, apa jadinya jika manusia lebih mengedepankan nafsunya, pertengkaranlah yang akan terjadi.

Keadaan berubah ketika dua perwakilan peserta putri tampil. Peserta pertama sama seperti peserta putra mengatakan “Aku tahu ..”, akan tetapi peserta kedua mengatakan “Subhanallah….”, kemudian keduanya akting dengan peran masing-masing. Pelatih menjelaskan inilah sikap yang harus dimiliki, yaitu sikap yang I Know-nya rendah, sehingga ketenanganlah yang akan timbul. Kegiatan diselingi dengan alunan lagu islami.

Materi terakhir adalah muhasabah. Barulah materi ini peserta dipersilahkan untuk menulis, yaitu menulis sebuah pengakuan. Peserta diberi waktu sekitar lima menit untuk mengungkapkan pengakuannya dalam lembaran putih yang telah disediakan panitia. Lima menit berlalu, semua tulisan telah terkumpul di tangan pemateri. Dan terpilihlah beberapa tulisan yang terpilih untuk dibacakan di hadapan peserta yang lain. Ketika tulisannya dibaca, timbullah keharuan yang mendalam, air mata menetes dan nafaspun terasa sesak menahan tangis.

Diharapkan dengan pelatihan ini, dapat mengenali diri, orang lain dan berusaha memanfaatkan potensi yang ada dalam diri, sehingga apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

Miftah Farid CJF
IAID-Ciamis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *