Latih Manajemen Pustaka

1 min read

INSTITUT Agama Islam Darussalam (IAID) mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah Pelatihan Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS) pada jum’at-ahad (22-24/10) kemarin. Ajang yang dikhususkan bagi pustakawan ini dilaksanakan di ruang referensi perpustakaan terpadu Pondok Pesantren Darussalam, Gedung KH. Hasyim Asy’ari.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rektor Institut Agama Islam Darussalam, Dr. H. Fadlil Munawwar Manshur, MS. yang didampingi Warek Bidang AKPU, Dr. H. Hasan Bisri, M.Ag. pada pukul 09.30 jum’at pagi dan diikuti oleh pustakawan dari perguruan tinggi swasta terpilih. Di antaranya adalah IKHA Jombang, IAI Al-Ghazali Cilacap, IAID Ciamis sebagai tuan rumah dan terakhir STAI Ma’arif Metro Lampung.

Dari masing-masing perguruan tinggi mengirimkan tiga pustakawan, sedangkan dari IAID ada empat Rayi Pasha, S.Sos.I, M.Hum, Novira, Sumadi, M.Ag., dan Sair Ahmad Yasin, S.Pd.I.

Berbagai materi dibahas pada pelatihan ini. Hari pertama, peserta disuguhi materi tentang penguatan kerja sama antar perpustakaan perguruan tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan manajemen perpustakaan perguruan tinggi, layanan perpustakaan dan mengidentifikasi problem perpustakaan dengan analisis SWOT.

Hari kedua, manajemen pengolahan bahan perpustakaan berupa dasar-dasar klasifikasi umum dan Islam serta dasar-dasar katalogisasi koleksi umum dan Arab menjadi sarapan pagi materi pembuka.

Sair (24), salah seorang peserta mengatakan materinya sangat mendasar sekali tentu berhubungan dengan perpustkaan semuanya oleh pendamping dan di tengah kegiatan diadakan praktek langsung yang dipimpin oleh pustakawan IAID Ciamis. “Pelatihan ini merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, selanjutnya ke Cilacap, dan Perpustakaan IKHA Jombang”, jelasnya.

Selain itu, Sair juga menambahkan, masalah-masalah yang terjadi langsung dianalisis karena dari setiap perpustkaan perguruan tinggi itu ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan bisa dijadikan contoh, dan kekurangan-kekurangannya bisa dihilangkan dan diganti dengan yang lebih baik.

Di lingkungan akademik, perpustakaan bagi penulis mempunyai kedudukan dan peran yang sangat vital untuk meningkatkan mutu suatu perguruan tinggi. Oleh karena itu ada pendapat yang mengatakan bahwa perpustakaan sering disebut sebagai jantung dari suatu perguruan tinggi. Jika jantung perguruan tinggi ini sehat, maka dia akan dapat mengalirkan dan mendistribusikan darah (yang diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan) ke seluruh tubuh perguruan tinggi tersebut.

Hal inilah yang harus dijadikan sebagai landasan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa IAID untuk selalu diingat dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit. Memang sih refreshing juga perlu, tetapi alangkah baiknya kalau have fun itu dilakukan di perpus, apalagi perpus kan biasanya ada area hot spot-nya.

Karena perpustakaan adalah jantung sebuah perguruan tinggi, maka seharusnya perpustakaan menjadi pusat kegiatan mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran atau perkuliahan. Perpustakaan dapat dijadikan sebagi tempat learning process, dan ruang kelas hanya merupakan tempat untuk tatap muka dosen dengan mahasiswa (teaching process). Biasanya, dosen sering membaca itu mengharuskan mahasiswanya untuk membaca, perpustakaan dijadikan sebagai tempat untuk eksplorasi pengetahuan.

Akan tetapi, minat baca dan keinginan mahasiswa untuk berlama-lama di perpustkaan pun berkaitan erat dengan keadaan bacaan atau referensi yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut. Apabila sumber atau literatur yang dicari tidak ada, ya mahasiswa wajar kalau misalnya jarang ada di perpustakaan. Lingkungan akademik ini memang tidak bisa diciptakan sendirian oleh perpustakaan, namun harus bekerjasama dengan dosen dan pimpinan universitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *