Hari Kamis (04/04) SMA Al-Muttaqin Tasikmalaya, melaksanakan lomba madding se-Periangan setingkat SMP. Lomba inipun mendapat cukup antusias dari SMP lainya. Tim kami (Nedutas Genial) mengikuti perlombaan tersebut. Banyak sekali manfaat yang terasa ketika detik-detik pelaksanaannya. Dua hari sebelumnya Tim kami harus menguras pikiran tuk memikirkan konsep terbaik untuk dapat memenangkan Perlombaan ini. Terpaksa kami selalu pulang telat, demi pembuatan dan persiapan. Banyak pula dukungan dari guru-guru dan siswa-siswi yang mendukung kami. Sehingga kami bisa lebih optimis dapat melakukan.
Yang terpenting bukan seberapa tingkat kejuaraan dan hasil yang kami sangat harapkan, tapi proses yang terpenting, kita sudah mencoba seoptimal mungkin semampu yang kami bisa. Lika-likupun terasa ketika salah satu konsep belum lengkap kami harus berpikir berulang-ulang kali, karena kami tidak ingin mengecawakan Nama Sekolah dan Organisasi kami. Saya secara individual berusaha sekeras dan sebisa yang saya mampu. Dan adapun syarat yang membuat saya bingung yaitu 60% harus dari bahan bekas, kamipun memutar balik pikiran lagi. Kamipun sepakat hanya membeli Lem, Kertas Kado Batik, dan Gabus sebagai alat penimbul tulisan. Yang lain kami kumpulkan yang ada di rumah tanpa membelinya. Setelah semua terkumpul, kita sepakat tuk memakai beberapa yang telah terkumpul. Di tambah 100% harus bahan mentah. Mading kami bertema “Melestarikan Kembali Budaya Indonesia”
Setelah hari H tiba, kami merasa sangat khawatir, dan rasa peseimis itupun kembali hinggap di pikiran kami, tapi saya sebagai Pimpinan Redaksi berusaha agar anggota dapat menjadi semangat kembali. Detir keringatpun tertuah, belum perasaan yang sangat khawatir. Saat itu memang sebenarnya ke adaan fisik saya yang kurang sehat, namun saya berusaha tuk bisa dan tak menghiraukannya lagi. Lalu kamipun mengambil no. urut kelompok dan kami mendapat no. 1 untuk kelompok kami. Disana sempat terjadi kekeliruan karena banyak artikel dan photo yang belum sempat kami kumpulkan termasuk photo personil kami. Kamipun berusaha sebisanya agar semua dapat menutupi kekurangan yang ada. Setelah alarm berbunyi menandakan di mulainya perlombaan ini. Tiba-tiba sempat blank, namun kita sudah membicarakannya berulang-ulang kali . layout dan hiasannyapun secara spontan tercipta. Dan akhirnya jadilah madding kami. Dengan di dasari oleh kertas Kado Batik dengan alas an karena batik ini peninggalan warisan leluhur kita, dan telah di Klaim oleh beberapa Negara. Untuk itu kita sebagai generasi penerusnya harus bisa melestarikan kain Batik Tulis kita, dan fashion baju yang lagi popular dan di minati Bangsa ini malahan yang berbau budaya asing. Semestinya kita bangga kepada Batik, yang jelas-jelas asli Indonesia. Saya hanya berpesan kepada para bangsa pemuda dan pemudi “Kita harus bangga kepada budaya kita sendiri, belum tentu mereka bisa seKaya, seKreative Negara kita INDONESIA yang mempunyai ragam suku dan budaya” dan untuk para WAKIL RAKYAT “Saya masih bimbang, katanya wakil rakyat, seharusnya dapat mewakili rakyat dan menjadi teladan bagi rakyat. Bukan Jas hitam termahal yang harus di banggakan! Wakil rakyat pula harus mewakili rakyat, mayoritas Rakyat kita sengsara. Wakil Rakyat bisa lebih tidak mengerti minimalnya hidup sederharna seperti para Rakyat biasa. Bukan dengan fasilitas bermewah-mewah!”
Sesudah dasarnya, kita pikirkan kembali pinggir-pinggirnya. Ada serutan bekas kayu. Akhirnya kami sepakat menjadikan serutan ini sebagai hias pinggirnya. Walau memang mengunting-gunting hingga kecil asalnya panjang-panjang tapi kami berusaha tuk lebih sabar. Mengapa kami memakai serutan bekas kayu “Kita tahu Negara kita adalah Negara yang hijau gemah melimpah SDA sehingga dahulu Negara ini di jajah, namun karena kita sebagai Bangsanya sendiri tidak tahu cara memanfaatkannya se-Maksimal mungkin. SDA dan Indonesia perlahan rusak. Kejadian yang merengut nyawapun sudah menjadi hidangan di telinga kita. Coba kita dapat merubahnya dengan cara hal yang terkecil. Menanam minimalnya 1 pohon di rumah atau sekolah.”
Untuk artikelnya kami mengambil :
-
Wayang
-
Reog Ponorogo
-
Tari Pendet
-
Angklung
-
Rasa Sayange
-
Keris
Itu hanya sebagian dari kebudayaan kita yang telah di klaim Negara tetangga “MALAYSIA” so, kita sebagai Bangsa pemilik warisan, apa yang mesti kalian perbuat!? Apa diam saja atau bangga dengan gaya Budaya dari luar?!
Setelah itu karena waktu yang tidak mencukupi, terpaksa kami harus cepat membuat Naskah Utama, meski tidak complete kami mencoba se-Maksimal mungkin. Kamipun tak lupa membawa photo gambaran Artikel tadi bertujuan agar selain dari latar belakang, ada pula gambarannya. Kami harus mencari Printer, agar Photo bisa tercetak. Saya untungnya membawa banyak kertas photo. Kami sengaja artikel, dan semua karya tulis memakai cara manual yakni, tulisan tangan agar mempunyai kreativitas lebih.
Setelah waktu menandakan habis, kami tak berhenti berdo’a. Dan Alhamdulillah Tim kami masuk Finall. Dengan perasaan penuh haru dan juga bahagia, serasa tak percaya. Untuk babak finall kami harus melakukan Presentasi dengan hasil Mading kami ini. Yang menjadi juri yakni, Kang Duddy RS, salah satu redaktur Koran Priangan, dan Pak ?? (Maaf lupa lagi jika tidak salah panggilan akrab Kang duddy Kaka) beserta para Panitia dari SMA. Terimakasih atas semuanya yang telah mendukung kami dan mendo’akan kami. Mudah-mudahan kami bisa membawa harum nama Sekolah kami amiiin. Adapun para personil yang terdiri.
Personil :
1. Pimpinan Redaksi : Afrilia Utami (Saya)
2. Layouter : Anindya Rakhmaniar
3. Editor : Padu Kemal Pasha
4. Reporter : Afra Hutabara
Utari W.