Mengintip Keindonesiaan melalui Puisi

1 min read

Sebuah Catatan sesudah Gladi Bersih

Oleh Nizar Machyuzaar

Seloroh | Saya beruntung mendapat kesempatan untuk belajar semangat kreativitas berkarya dari dua sastrawan besar Indonesia: Kang Yudhistira Massardi dan Kang Acep Zamzam Noor.  Niatan ini sudah sejak 28 Februari 2021 diutarakan Kang Yudhis saat mereka merayakan ulang tahun bersama karena tanggal kelahiran yang sama.

Saat itu saya diundang Kang Acep untuk menjadi pemantik bincang santai dengan undangan seniman dan komunitas-komunitas seni dan sastra di seputaran Tasikmalaya. Saat itu juga saya pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Kang Yudhis. Kesan pertama saya bertemu dengan Kang Yudhis ternyata sama seperti Kang Acep, orangnya sederhana, ramah, dan rendah hati. Mungkin, karakter ini tercetak karena mereka memiliki kesamaan tanggal lahir.

Kebetulan, saat itu Komunitas Kuluwung menyiapkan musikalisasi puisi kedua sastrawan ini. Karena merasa kataji, Kang Yudhis berseloroh, “Boleh juga nih kapan-kapan kita adakan acara keliling baca puisi dan musikalisasinya.”  Pertemanan saya dengan Kang Yudhis berlanjut.  Nah, bagi saya, acara “Safari Sastra 7 Kampus” ini merupakan satu bentuk komitmen dan tekad  sastrawan Indonesia yang ingin mendekatkan karya dan penulisnya dengan khazanah penikmat sastra.

Gladi Bersih | Selain pembacaan puisi dari kedua sastrawan ini, penampilan musikalisasi juga menyertai karya-karya mereka. Musikalisasi tersebut digarap grup musik di bawah Komunitas Kuluwung bernama Gayatri. Yang tak kalah menarik, akan ada penampilan dari mahasiswa dan atau dosen kampus setempat. Terakhir, digelar diskusi bagaimana virus literasi sastrawi kedua sastrawan ini dapat menjadi pandemi di kampus-kampus tersebut. Saya kebetulan ditunjuk untuk memandunya.

Hari ini digelar gladi bersih untuk persiapan kegiatan di 7 kampus. Kebetulan kampus pertama adalah Universitas Perjuangan (Unper).   Kebetulan pula tanggal 1 Juni  diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Tentu, puisi akan berbicara tentang kemanusiaan dalam berbangsa dan bernegara. Sebabnya, puisi yang akan mereka pertunjukkan sarat dengan nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang kian hari kian tergerus arus globalisasi budaya.

Sebagai bocoran, Kang Yudhistira akan membacakan puisi “Sajak Sikat Gigi”, “Biarin”, “Bagian 1 Sajak 9 Kota”, “Bagian 2 Sajak 9 Kota”, “Sejak semalam”, “Kopi”, “Kuatrin Sebatang Sungai”, dan “Puisi itu”. Sementara itu, Kang Acep akan membacakan sajak  “Tugas Penyair”, “Kehilangan Gema”, “Ada Saatnya Ketika”, “Cipasung”, “Ziarah ke ..”, “Pernyataan Cinta”, dan “Puisiku”.

Selain  pertunjukan musikalisasi puisi kedua sastrawan ini, akan ada penampilan baca puisi  “Rudi Jalak Gugat” dari  Kang Yudhis, Bu Siska Massardi, Kang Acep, pertunjukkan musikalisasi puisi dan pertunjukan puisi dari Teater Gema Unper. Safari akan ditutup dengan diskusi dan ramah tamah yang akan dipandu saya.

Nah, Tuan, Puan, Bung, Nona, dan Nyonya, juga Akang dan Teteh, pastikan untuk menandai tanggal-tanggal berikut ini: Unper (1 Juni), IAILM (2 Juni), Unisba (4 Juni), Unpad (6 Juni), UIN SGD (7 Juni), UPI (8 Juni), dan Unpar (9 Juni).  Jadwal Safari Sastra 7 Kampus.
A. Tasikmalaya:
1 Juni UNPER, Rabu pkl 13.00-15.00
2 Juni: IAILM, Kamis pkl 09.00-11.00 Suryalaya
B. Bandung:
4 Juni: UNISBA, Sabtu pkl 10.00-12.00
6 Juni: UNPAD, Senin, pkl 13.00-15.00
7 Juni: UIN, Selasa pkl 09.00-11.00
8. Juni: UPI, Rabu, pkl 09.00 -11.00
9 Juni: UNPAR, Kamis, pkl 13.00-15.00

Jika berkenan, Bung dan Nona, Tuan dan Puan, serta Akang dan Teteh dapat hadir di kampus terdekat. Kita bergembira dengan puisi dan musikalitasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *