“KUCING ajaib”, inilah tokoh film Jepang yang sejak saya SD sampai sekarang masih tampil di salah satu televisi swasta. Doraemon memang film yang lucu, akan tetapi ada beberapa tokoh yang kurang baik. Apalagi kalau perilakunya dicontoh oleh para remaja dan generasi muda dalam tingkah laku setiap hari.
Sebagaimana kita ketahui, Doraemon punya kantong ajaib. Apa jadinya jika Si kucing ajaib ini kehilangan kantong ajaibnya. Tentu ia akan mengalami kebingungan dan stres berat, karena hidupnya selalu bergantung pada kantong ajaib. Bagi dia, setiap masalah akan selesai dengan alat yang dalam kantong ajaib.
Memang enak jadi Doraemon, semua masalah ada solusinya. Akan tetapi, kita tidak boleh mencari jalan pintas untuk keluar dari masalah, karena dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam diri untuk menghadapi masalah, maka kita akan menjadi pribadi yang mandiri. Kita harus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi. Sehingga kalau hal itu terjadi, kita sudah siap untuk menghadapinya. Jangan seperti Doraemon yang selalu bergantung pada kantong ajaib.
Banyak cara yang dapat dilakukan menjadi pribadi yang mandiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Pengurus Pesantren Darussalam, dalam rangkaian kegiatan Ramadan on Campus, berupa kegiatan bazar ramadan. Kegiatan ini diikuti oleh santri dan pedagang di sekitar kampus, dan dimonitori oleh Kang Elan.
Selain sebagai pembeli, santri juga berperan sebagai pedagang. Berbagai hal disajikan di stand masing-masing. Dari mulai pakaian, makanan untuk ta’jil dan sebagainya. Dagangan itu hasil kerja sama dengan pedagang lain dan ada juga yang kreatif untuk membuat sendiri. Inilah yang melatih kemandirian. Bagaimana perasaan membuat adonan dan memasaknya. Ketika laris dan sedang sepi pembeli. Inilah sarana untuk latihan, terutama sekarang di bulan ramadan.
Kegiatan ini merupakan langkah untuk belajar mandiri, untuk menunjukkan pada orang tua, bahwa kita bisa membuat mereka bangga. Tentu harus diawali dari hal yang paling kecil. Yang harus pertama dilakukan adalah membuat skala prioritas seperti yang diungkapkan oleh Dr. Yusuf Qardlawi dalam kitabnya fiqh al-aulawiyah. Dalam segala aspek kehidupan, kita harus memilih apakah itu penting dan mendasar; penting dan tidak mendesak; atau tidak penting dan tidak mendesak.