Grhrooa…
One billion people in extreme proverty: Khayamath! Khayamath!
Bumi layu…
Ozon keropos dilubangi ketamakan…
Dan hydro-orologos berdeposisi
Orang berjas menyebut itu ‘ambang perubahan iklim’
Hingga monyet pun turut larut dalam environmental issues
Awalnya…
Karena tidak lebih panas tidak lebih dingin bumi itu…
Orang ragu pada pameo green house effect
‘Kita akan aman saja’ katanya,
Sebab pemanasan global hanya wilayah orang terpelajar
Merekapun lepas tangan
Lalu dimulailah pertunjukan parodi bumi:
Hutan digarong…
Berton-ton emisi lungkrah.
Hanya karena deforestasi dan CFC: Carbon dan Metana tumpah
Ruah melimpahlah hujan asam,
Banjir badai saban hari,
Oseanograf stress terumbu karangnya mati,
Pun selangkah lagi habis arktik-antartika itu.
Barulah sama-sama saling tuding;
Berlagak tidak terima dirinya kriminal
Padahal Part in Crime itu lekatnya se-urat nadi
Nah..
Orang bodoh Masih banyak pembenaran
Tapi orang berdasi lebih-lebih maksiatnya
Sebab tekhnologi ini-itu tak pernah ada yang ramah lingkungan
Jadi…
Pintar-tidak pintar bukan alasan tidak biadab.
Akhirnya…
Proletariatan mengamuk bisu…
Planetary emergency! Planetary emergency!
Lalu…
Demonstran alamlah yang meledak-ledak
‘Kasihan badan bumi di aduk-aduk’ katanya…
Bagaimana jika porosnya sampai semaput dan rotasinya terhenti?
O…Lihatlah betapa mengerikannya bumi masa depan!
Tapi untunglah…
Tidak semua biadab tidak semua rakus
Human solidary in a divided world pun dibentuk
Mereka menamai dirinya friends of the earth
Protokol Montreal dan Protokol Kyoto adalah bom produknya
Afforestasi dan Clean Development Mechanism adalah solusinya:
Juga anjuran mobil Hybrid yang merevolusi elite Suvv Fummer,
Dan Bahan Bakar Fosil yang berganti Energi Biofuel,
Atau apapun itu istilahnya yang hanya akrab di telinga orang eropa.
Ya, memang…
Semuanya pionir,
Seperti halnya An Inconvenienth-nya Algoore yang berdaya bius.
Tapi ketika sadar bahwa ekonomi dunia sama lemahnya dengan lingkungan yang rapuh
Mereka bilang: What we can do about it?
(Kesombongan apapun tak berlaku dalam hal ini)
Padahal yang sebenarnya terjadi:
Manusia tahu bagaimana rasanya dipermalukan,
Tapi tidak mau tahu bahwa bumi merasa malu (karena rupa-nya di orak-arik)
Itulah mengapa bumi pun tidak mau tahu pada apa yang di rasakan manusia.
Dan…
Pada akhirnya kita akan percaya adanya kehancuran
Khayamath…!Khayamath…!***
Darussalam, mei 2009