Pesan Lewat Kesederhanaan Teater; Oleh-oleh Jogjakarta

1 min read

Mbak nana, dengan tafsir teater dan keinginan yang timbul dari diri sendiri.

 

Lies Soca (sebagai laptop) Teater Tangga Jogja, tubuh adalah media teater yang bisa di olah menjadi sedemikian rupa untuk menghasilkan gestur artistik yang menarik.

 

Jogja, Mei 2010 – Siapa bilang LSM tidak bisa main teater? Siapa bilang guru tidak bisa main teater? Sanggar Bagong Jogjakarta justru menghadirkan sisi lain dari teater itu sendiri. Sangat menarik dan dahsyat ternyata. Ini yang disuguhkan oleh kawan-kawan dari berbagai LSM yang ada di Jogjakarta dalam workshop teater yang digelar oleh Sanggar Bagong jogjakarta.

 Workshop berlangsung selama 3 hari. Semua materi yang diberikan para tutor, adalah materi dasar keteateran yang sangat sederhana dan dasar sekali sehingga peserta sangat antusias. Tidak membosankan seperti dalam bayangan peserta, bahwa yang namanya workshop itu terkesan membosankan. Disini tidak. Dari awal workshop, semua materi dilakukanj di outdoor. Karena memang Sanggar Bagong sendiri mempunyai lahan yang cukup luas yang bisa dijadikan sebagai arena untuk bermain teater.

 Satu hal yang di dapat peserta teater selain saudara baru, yaitu bahwasanya teater itu tidak jauh dari halnya kehidupan sehari-hari. Menafsirkan teater dalam pandangan masing-masing peserta. Ternyata daya tangkap dari kesedrhanaan teater itu sangat penting. Tidak perlu wah untuk menggarap sebuah teater itu. Mengambil dari prilaku hidup keseharian juga kadang itu terlupakan. 

berangkat dari kesedrhanaan yang terlupakan itu, di akhir penutupan workshop, para peserta menampilkan beberapa karya yang sangat orisinil. Seperti halnya pentas mini kata, dengan improvisasi yang bagus ternyata bisa membuat sebuah pentas yang menarik.

ini pun diiyakan oleh Butet Kertarajasa yang kebetulan hadir. Beliau mengatakan bahwa kesederhanaan yang kadang kita lupakan, mungkin bisa ditarik dan dipakai sebagai tema dalam sebuah garapan teater.  Mungkin baru kali ini saya melihat pentas teater yang orisinil seperti ini. dan harapan Butet dengan harapan workshop seperti ini dapat mensosialisasikan dan dan merealisasiakn di masyarakat umum dalam hal menyampaikan suatu pesan untuk publik. Karena, mungkin dengan hal semacam ini penyampaian pesan moral secara seni itu dapat diterima khalayak ramai daripada dengan penyampaian presentasi yang mungkin membosankan.

Oleh-oleh yang saya dapat ketika  berkunjung ke Sanggar Bagong di Jogjakarta. dan semoga kota-kota lain dapat mencontoh hal semacam ini. Karena memang perlu hal semacam ini. Apa yang bisa diterima publik dengan mudah kenapa harus cari jalan susah? 

Butet Kertarajasa, “Kesederhanaan bisa dijadikan media menyampaikan pesan melalui teater.

Tubuh bisa dibentuk menjadi apa pun untuk mendukung penyampaian pesan dalam berteater                                                    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *