LAGI-LAGI putra asli Tasik “berbicara” di kancah Nasional. Bukannya apa-apa, karena hal ini menunjukkan bahwa putra daerah tidak bisa dipandang sebelah mata. Salah seorang putra daerah asal Tasik berhasil terpilih menjadi Rektor Universitas terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI). Hal yang patut dibanggakan lagi sekaligus menjadi rektor termuda di Indonesia.
Siapakah gerangan? Dia adalah Prof. DR. Gumilar Rusliwa Somantri. Di usianya yang baru 44 tahun menjadi pimpinan kampus bergengsi di Indonesia. 14 Agustus 2007 ia dilantik sebagai Rektor Kampus Biru tersebut.
Berawal dari rasa bangga saya terhadap Gumilar, begitu sebutannya. Untuk itu mengajak pembaca mengetahui lebih jauh mengenai sosok Rektor termuda di Indonesia ini semasa kecil, remaja dan kuliah. Meskipun ringkas, mudah-mudahan bisa memotivasi kita semua.
Terlahir dengan nama Gumilar Rusliwa Somantri. Berasal dari pasangan percampuran dua tradisi. Ayahnya berasal dari keluarga religius berorientasi pendidikan dan berpikiran maju. Sedangkan Ibunya berasal dari tradisi pesantren. Lahir di kecamtan Indihiang, Tasikmalaya 44 tahun silam, Doi adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara.
Sejak kecil Gumilar sudah dididik untuk belajar disiplin dan mandiri. Keseharian Gumilar ketika masa SD, setiap Subuh sudah dibangunkan Ayahnya untuk shalat dan mengaji di mesjid. Selanjutnya menimba air mengisi bak mandi, memberi ikan makan di kolam terletak dekat sawah, baru berangkat sekolah.
Hobinya waktu kecil adalah mendengarkan warta berita RRI Jakarta melalui radio transitor. Membaca buku dan koran tak luput dari hobi Doi. Semasa SMP, Gumilar tercatat sebagai penulis, aktivis, serta siswa teladan. Ia masuk SMP Negeri yang lokasinya sejauh 5 kilometer dari desanya. Dan Gumilar pulang-pergi berjalan kaki menuju sekolahnya.
Sebagai penulis, Gumilar aktif menulis karya sastra, puisi, cerpen, dan artikel untuk koran dan majalah (majalah anak-anak Kuncung dan Kucica, serta Koran Suara Karya dan Pikiran Rakyat). Karena tulisannya sering dimuat, mendapat honor yang lumayan hasil dari tulisannya. Semasa SMP pun sudah belajar bekerja. Dengan menjadi guru les Matematika kepada siswa SD anak keluarga kaya di desanya.
Masih masa SMP, Gumilar terkenal aktif sebagai aktivis. Mulai dari Pramuka, PMR, pecinta alam, dan OSIS pernah Doi jalani. Tak tanggung-tanggung jabatan ketua pun disandang. Juga menggagas pendirian majalah dinding (Mading) untuk sekolahnya. Bahkan yang menarik, Gumilar menitipkan barang dagangan di warung sekolah atau warung lain sepanjang perjalanan menuju SMP.
Prestasinya pun tidak bisa dianggap biasa-biasa saja. Bisa dibilang sangat baik, selalu ranking tertinggi di kelas dan lulus SMP secara gemilang. Memasuki masa SMA, Gumilar remaja mulai “menampakkan taringnya”. Peran aktivis masih dilakoninya. Ketua OSIS, dan Ketua Pramuka pun kembali disandang di SMA.
Ketika akan kuliah, Gumilar mengikuti ujian saringan di UI. Hasilnya, Gumilar lulus diterima di UI. Ini merupakan hasil dari kerja kerasnya dalam belajar. Kuliah di UI, like dream come true. Gumilar hidup sebagai mahasiswa di asrama mahasiswa di Daksinapati Rawamangun.
Semasa kuliah pun, sebagai mahasiswa Gumilar semakin memperdalam kiprahnya dalam berorganisasi. Jabatan Wakil Ketua Senat Mahasiswa pun Gumilar sandang. Sejak kuliah S1 Gumilar selalu menggantungkan cita-cita melanjutkan sekolah ke luar negeri dan memperoleh gelar Doktor. Sekali lagi dengan kerja keras Gumilar berhasil mendapatkan S2 bahkan S3 di Jerman.
Semangat dan motivasi yang menggebu-gebu dari Gumilar membuatnya selalu berani mencoba dan mencoba. Serta tidak mau menyerah pada kegagalan. “Belajar dengan cepat tentang segala hal, berani mengambil keputusan, dan melihat jauh ke depan. Melekat dalam perjalanan hidup saya,” tegas Gumilar yang dilansir dari blog pribadi miliknya.