Tahun ini, Festival tahunan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award kepada Putu Oka Sukanta, tokoh sastra Indonesia asal Bali yang pernah dipenjara karena dianggap sebagai anggota LEKRA tanpa proses pengadilan pada tahun 1966 di masa awal Orde Baru.
“Penghargaan diberikan kepada sosok sastrawan terpilih yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan sastra Indonesia melalui karya-karyanya. Putu Oka Sukanta selama lebih dari 40 tahun, dipenjara tanpa pengadilan selama era Soeharto, belajar seni akupuntur dan obat herbal di balik tembok penjara.” kata penggagas dan Direktur UWRF, Janet De Neefe (Kamis, 6 Oktober 2022) di Dia.Lo.Gue Artspace, Jakarta.
Beberapa penerima penghargaan ini sebelumnya adalah almarhum Sitor Situmorang, almarhumah NH. Dini, almarhum Sapardi Djoko Damono, dan Made Taro, Toeti Heraty, dan almarhum Budi Darma.
Putu Oka Sukanta bakal hadir di helatan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2022. Diacara tersebut akan membahas tentang novel triloginya yang merefleksikan kondisi politik Orde Baru. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Keith Foulcher yang dirilis Yayasan Lontar tahun ini.
Hadir dalam acara pemberian penghargaan tersebut Felix K Nesi dan Laksmi De-Neefe Suardana. Felix adalah sastrawan asal Nusa Tenggara Timur, menulis buku Orang-Orang Oetimu (2019) yang mengganjarnya sebagai pemenang dalam Sayembara Menulis Novel oleh Dewan Kesenian Jakarta, 2018. SedangkanLaksmi De-Neefe Suardana adalah perancang busana, penulis, aktivis, model, dan pemegang gelar kontes kecantikan Puteri Indonesia 2022.
Dalam kesempatan tersebut Janet DeNeefe mengatakan senang bisa mengadakan festival UWRF 2022 secara langsung, karena dapat berinteraksi secara lebih dekat. Festival akan digelar pada 27-30 Oktober 2022 di Ubud, Bali. Ajang bergengsi bagi para penulis ini sempat digelar secara virtual selama dua tahun karena pandemi COVID-19.
Laksmi De-Neefe, dalam wawancara mengatakan bahwa UWRF adalah Festival sastra terbaik di Asia Tenggara, malahan dunia. Tahun ini akan ada 50 panel diskusi dari 150 pembicara yang bakal disajikan secara langsung. Untuk detail pembicara dan tema nya silahkan berkunjung ke websitenya.
Tema festival tahun ini ‘Memayu Hayuning Bawana’, sebuah filosofi Jawa kuno yang diterjemahkan oleh UWRF menjadi ‘Uniting Humanity’, menanggapi kapasitas manusia untuk memperindah dunia kita, mempererat ikatan kita didalamnya dan dunia sebagai sebuah kolektif. “Dalam tahun yang begitu sulit bagi kebanyakan orang, perang dan konflik, bencana alam dan gejolak politik sangat berdampak pada kehidupan kita dan orang lain, sahabat serta orang yang kita kasihi. Kami bertanya, bagaimana kami bisa menyatukan semuanya dalam kebudayaan dan perspektif yang berbeda untuk membuat pengertian yang dalam, saling menghormati, kesetaraan,” ujar Janet DeNeefe.
Bersamaan dengan akhir pekan panjang penuh dengan sastra, Ubud akan merayakan perayaan besar di Pura Gunung Lebah, pura luhur yang berlokasi di antara dua sungai di tengah area Campuhan, Ubud. Menghormati perayaan keindahan, spiritual dan kemanusiaan. Perayaan ini atau orang Bali menyebutnya dengan Odalan, dirayakan setiap 210 hari mengikuti kalender Bali. Ini akan menjadi perayaan terbesar semenjak pandemi yang akan menjadi pengalaman terbaik untuk hadir di UWRF tahun ini.
“Selama 19 tahun terakhir, Festival telah menjadi ruang untuk merayakan cerita dan sastra dari penulis muda hingga senior. Kami sangat senang bisa menyatukan teman lama dan teman baru sekali lagi untuk menjadikan minggu terakhir Oktober tahun ini sebagai tujuan yang ajaib penuh inspirasi, dan menegaskan kembali pentingnya acara kami,” jelas Janet DeNeefe.
Iman Abda 07/10/2022