Seringkali kita terkecoh oleh dua pengertian yang jelas-jelas berbeda, kadang kita juga tahu pengertian dari masing-masing kata, tapi dalam perakteknya, kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai contoh adalah pengertian rendah hati (tawadhu) dan pengertian rendah diri (pekerti rendah). Rendah hati timbul karena manusia mengenal Allah swt., menyelami asma-asmaNya, sifat dan gambaran keagunganNya, sekaligus dibumbui rasa cinta, dan disaat yang sama, ia juga menyadari siapa dirinya, cacat dan keburukan perbuatannya. Diantara kedua kesadaran itu terwujud sebuah pekerti, yaitu tawadhu, yang dapat diartikan sebagai ketundukan hati kepada Allah, meluruhkan sayap kehinaan dan kasih terhadap hambanNya. Sehingga ia tidak melihat adanya kelebihan dan hak dirinya atas orang lain. Bahkan ia akan melihat kelebihan manusia dan hak mereka atas atas dirinya sebelum dirinya menuntunnya. Ini merupakan pekerti yang hanya dianugrahkan oleh Allah kepada hambaNya yang dikasihi dan dimuliakanNya.
Sementara pekerti rendah (rendah diri) dalam dimensi nafsu merupakan moral yang rendah, hina, menghinakan diri dan melecehkan demi mendapatkan keuntungan diri dan syahwatnya, sebagaimana yang ditundukan orang-orang rendah dalam upaya mencapai apa yang diharapkan, dan orang yang menjilat untuk mendapatkan apa yang diinginka, baik itu material, kedudukan bahkan kepercayaan. Semua itu merupakan kehinaan, bukan tawadhu.
deluk
BAJUKOPRAL