Satu Cinta untuk Kegagalan Indonesia

3 min read

“Gue kecewa sama TimNas!” begitulah kira-kira ungkapan kekecewaan salah satu supporter sepakbola Tim Nasional Indonesia, Hendri Mulyadi, saat dirinya diamankan oleh polisi karena ‘nekat’ masuk ke dalam lapangan ketika pertandingan kualifikasi Pra Piala Asia antara TimNas Indosia melawan Oman di stadion Gelora Bung Karno sedang berlangsung.

Ungkapan kekecewaan itu sepertinya sangatlah wajar. Mengingat saat itu Indonesia dikalahkan Oman dengan skor 2-1 di Negara sendiri. Permainan Indonesia pun bisa dibilang jauh dari kata baik. Dan kekalahan tersebut membuat TimNas Indonesia gagal lolos ke Piala Asia.

Ungkapan kekecewaan Hendri Mulyadi saat itu, sepertinya cukup mewakili kekecewaan yang juga dirasakan oleh ribuan atau bahkan lebih pendukung TimNas Indonesia atas kegagalan yang terus menerus dialami oleh TimNas kita. Bagaimana tidak? Di saat beberapa Negara sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti Piala Dunia, Di saat beberapa Negara di Asia dan Asean sedikit demi sedikit mulai menunjukkan bahwa mereka adalah satu diantara sekian banyak Negara yang patut diperhitungkan (dalam urusan sepakbola), Indonesia masih saja berjalan di tempat dan tak henti-hentinya mendulang kegagalan demi kegagalan. Mulai dari TimNas U-19 hingga yang senior. Banyak yang mengatakan kegagalan Indonesia tersebut terjadi akibat beberapa pemain yang membela TimNas sudah terlalu tua (untuk TimNas senior). Ada juga yang mengatakan karena pelatihnya kurang berpengalaman dan tidak berani menurunkan pemain-pemain muda. Menurut saya, kegagalan TimNas sepakbola kita bukan hanya terjadi karena kesalahan pemain atau pelatih. Sesungguhnya banyak factor lain. Salah satu faktornya adalah belum maksimalnya regenerasi pemain. Rata-rata usia pemain yang sekarang membela TimNas senior memang tergolong tidak lagi muda. Fisik mereka pun juga sudah tidak se-bugar tahun-tahun sebelumnnya. Dan sampai saat ini sepertinya belum ada tanda-tanda akan dilakukannya regenerasi pemain di TimNas senior secara maksimal. Ada yang bilang itu belum dilakukan karena Tim atau pelatih yang menangani TimNas senior belum berani mengambil resiko apabila menurunkan pemain muda yang bisa dibilang belum terlalu matang dan waktu yang terlalu sempit/sedikit untuk melakukan pembinaan. Padahal Negara-negara lain sudah mulai menyisipkan satu dua pemain muda dalam skuad inti mereka dan sudah mulai melakukan pembinaan pemain muda secara intensif. So… apa salahnya kalau kita belajar dari keberhasilan negara-negara lain yang sejauh ini sudah cukup sukses menghasilkan pemain-pemain muda berbakat.
Ehmm… Sebenarnya, banyak bahkan sangat banyak bibit-bibit pemain sepakbola berbakat di Indonesia. Kemampuan mereka pun bisa dibilang tidak lebih buruk dan mungkin sama baiknya dengan kemampuan-kemampuan mereka yang berasal dari negara-negara dimana pesepakbolaannya sudah sangat maju. Hanya, bagaimana PSSI (sebagai pihak yang mengatur kegiatan sepakbola Indonesia) atau pemerintah, mengatur dan memberikan wadah bagi anak-anak Indonesia berbakat untuk bisa lebih mengembangkan kemampuan mereka dalam mengolah si kulit bundar. Saya tidak mengatakan bahwa PSSI belum melakukan hal tersebut. Memang pada kenyataannya PSSI sudah membuat beberapa kegiatan dan wadah untuk menampung bakat-bakat terpendam anak-anak Indonesia seperti; Liga Pendidikan Indonesia, Liga Medco, dll. Hanya, sepertinya itu semua belum cukup dan masih kurang intensif. Belum cukup mengingat wilayah di Indonesia sangat luas dan begitu banyak bibit-bibit pemain berbakat Indonesia yang tersebar hingga ke pelosok-pelosok daerah. Kurang Intensif karena seharusnya regenerasi pemain harus dilakukan dengan sangat serius dan rutin. Menurut saya, ada beberapa alternative yang dapat dilakukan PSSI atau pemerintah untuk menemukan bibit-bibit pemain berbakat Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengadakan kompetisi di setiap provinsi dan daerah-daerah disekitarnya. Dimana dalam kompetisi tersebut PSSI bisa mengirimkan wakilnya untuk dapat melihat langsung dan membantu mencari calon pemain berbakat. Tapi, kegiatan seperti ini alangkah lebih baiknya jika dilakukan dengan rutin. Kembali ke pembahasan sebelumnya. Kemudian, anak-anak terpilih itu nantinya akan dikumpulkan dalam satu lokasi untuk selanjutnya diberikan pengarahan, pembinaan, dan diberikan kesempatan untuk melakukan pertandingan-pertandingan uji coba nasional atau bahkan internasional. Dengan begitu, selain jam terbang mereka yang semakin bertambah, mental bermain mereka pun akan semakin terasah. Sehingga, ketika mereka bermain di Klub Profesional dalam maupun Luar Negeri atau ketika membela TimNas sepakbola Indonesia, mereka sudah cukup matang dan kemampuan mereka pun sudah semakin baik meski usia mereka masih muda. Bukan hanya itu saja, waktu dan kesempatan pun juga harus kita (baik sebagai pendukung TimNas, pemerintah, atau PSSI) berikan kepada pemain-pemain muda tersebut. Kita tidak bisa memaksa atau membebani pemain-pemain muda untuk bisa langsung memenangkan setiap pertandingan yang mereka jalani dan kita juga tidak bisa menyalahkan mereka ketika kalah dalam sebuah pertandingan. Karena sejatinya, Kesuksesan itu membutuhkan proses dan prosesnya tidak semudah apa yang dibayangkan. Begini, Apa ada wirausaha yang langsung sukses ketika mereka baru membuka usaha? Jawabannya tentu tidak. Pastinya mereka juga memerlukan waktu untuk membuat usaha yang mereka geluti itu sukses. Demikian halnya dengan sepakbola. Kalau kita memberikan kesempatan dan waktu kepada pemain – pemain muda untuk mengasah kemampuan mereka dalam mengolah si kulit bundar agar lebih baik dari waktu ke waktu, saya yakin, mereka pun akan semakin baik dan matang.
Regenerasi pemain memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apabila kita ingin melakukan regenerasi pemain, tentu sangat dibutuhkan Dukungan, pengertian dan kesempatan. Jika semua itu berjalan seimbang, Insya Allah, baik pemain Indonesia, TimNas Indonesia, ataupun klub-klub asal Indonesia, akan mampu bersaing di level yang lebih tinggi dan tidak lagi dipandang sebelah mata. Satu kalimat terakhir akan saya kutip dari perkataan Benny Dollo, pelatih klub Persija Jakarta. “Keep the ball as long as possible”. Memperoleh apa yang diinginkan memang sulit tapi, lebih sulit lagi untuk mempertahankan apa yang sudah diraih. So… selama kita masih mampu, jagalah dengan baik apa yang sudah diraih dan ingatlah selalu 3 kata ini saat hendak melakukan apapun yang kita inginkan ->> berusaha, raih dan pertahankan. Bravo Sepakbola Indonesia! (aQh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *