Tenda Berjamur Pun Jadi Pilihan Terakhir

1 min read

 

“……kita harus mulai bekerja…..persoalan begitu menantang…..”  (Lagu Tiga, iwan fals)

     Citepus – 25/11/09 Langkah gerah siang membawa sebuah pertanyaan yang sempat ditanyakan pada diri kita semua. Dan mungkin kita juga masih ingat akan bencana gempa yang melanda Tasikmalaya. Meski sudah hampir dua bulan berlalu, tapi kondisi di masyarakat korban gempa itu masih sangat mengkhawatirkan. Apakah kita sebagai makhluk sosial tak ada kepikiran untuk mencoba membantu meringankan beban mereka?

     Sorot mata saya tertuju pada sebuah tenda bantuan dari luar negeri yang mereka tenda itu hebat. Tapi tetap saja namanya juga barang, pasti ada batas kadaluarsa atau tidak layak pakai. Tenda itu seperti halnya barang kadaluarsa yang sudah tinggal buang saja. Tapi alangkah kagetnya ketika mencoba menghampiri, ternyata tenda itu masih dipakai sebagian warga untuk berlindung, bahkan tidur disana. Kondisi tenda itu sendiri pun sudah lusuh, berjamur dan sudah tidak berbentuk lagi. Yang imbasnya penyakit pun timbul dari kondisi tersebut. Bukan hanya satu tenda saja. Ini mereka terpaksa tempati mengingat beberapa bagian rumah dari mereka masih perlu perbaikan yang serius. Tapi dengan apa mereka akan kembali membangunnya?

     Dengan peralatan sederhana dan bahan baku seadanya sisa-sisa bangunan yang runtuh, mereka coba membangun kembali mimpi mereka sehingga bukan lagi mimpi tapi kenyataan yang memang layak milki. Mereka juga punya keinginan untuk kembali hidup dengan masa depan yang cerah, didukung oleh sarana dan prasarana yang memungkinkan mereka untuk membangun mimpi itu.
     Disini, peran kita sebagai warga masyarakat yang merupakan makhluk sosial itu sangat dibutuhkan. Kalau memang kita mampu, kenapa kita tidak coba membantu mereka. Denagn dukungan semangat pun mereka sudah cukup senang. Peran permerintah setempat juga sangat berperan. Warga banyak mengeluhkan dan bertanya kenapa bantuan dari pemerintah itu cuma proses dan proses saja tidak ada follow up nya. Warga setempat mempertanyakan, bagaimana sebenarnya proses rekonstruksi dan rehabiliotasi yang diumbar pemerintah itu dijalankan. Padahal masa-masa sekarang adalah masa-masa untuk pemulihan kembali sarana dan prasarana.      Adapun bantuan yang datang itu bukan dari pemerintah setempat, tapi dari pihak lain seperti halnya lembaga-lembaga social yang ada di dalam Tasik maupun di luar Tasikmalaya. “Ya….meski sudah ada bantuan dari pemerintah itu juga. Mereka yang dari luar Tasikmalaya lebih peduli dan responsif daripada pemerintah setempat”, begitu ucap salah seorang ibu rumah tangga yang sebagian dinding rumahnya hanya bertutupkan selembar terpal. Sampai sekarang pun mereka selalu berharap, di sela-sela mereka membangun kembali mimpi yang hilang, pemerintah datang kepada mereka melihat situasi yang sebenarnya dan pemerintah mau mendengarkan mereka.  Jangan cuma bilang lagi proses, yang mereka butuhkan adalah kerja nyata dari program rehabilitasi pasca gempa.      Jangan sampai mimpi mereka terkubur sampai disini. Mereka sendiri mampu bekerja untuk membangun kembali mimpi mereka. Ulurkan tangan buat mereka disana. Besar kecil bukan ukuran, tapi semangat untuk terus berdiri tegak meraih mimpi, itu yang mereka butuhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *