Terawih… Awal Penuh Akhir Melompong

1 min read

Bagi para muslim, Ramadhan tak terlepas dari tambahan kualitas dan kuantitas ibadah. Salah satu cara menambah hal itu adalah dengan melaksanakan ibadah salat Terawih.

 

Shalat yang biasa dilakukan 8 atau 20 rakaat ini adalah salah satu cara beribadah yang disunahkan oleh Rasulullah SAW di bulan ramadhan. Seperti biasa dilakukan di setiap tempat, terawih dilaksanakan berjamaah. Kurang afdol rasanya bila terawih dilakukan sendiri-sendiri (munfarid –red). Tak ayal, jika mesjid yang biasanya tidak banyak didatangi jamaah, di bulan penuh rahmat ini akan lebih banyak didatangi jamaah, khusunya jamaah yang akan melaksanakan shalat Traweh.

 

Realita yang terjadi di sekitar kita, ketika shalat terawih ini dilakukan di mesjid adalah akan sangat terasa penuh, ketika awal-awal hari di bulan ramadhan, namun yang menjadi satu pertanyaan besar, mengapa yang terjadi ketika memasuki akhir-akhir hari di bulan Ramadhan, yang terjadi adalah kebalikannya, mesjid tambah melompong ketika shalat ini dilaksanakan?

Suatu pertanyaan yang memang tidak begitu penting. Namun, akan menjadi suatu hal yang menarik, karena bukan hanya di beberapa tempat terjadi hal seperti itu. Kebanyakan, realita yang terjadi memang seperti itu. Lalu, apa jawaban dari mereka yang hanya tidak melaksanakan shalat ini di akhir-akhir bulan ramadhan?

Hal seperti ini terjadi juga di salah satu mesjid yang berada di wilayah Pataruman, Tasikmalaya. Mesjid Bani Ismail yang sebagian besar berjamaahkan warga RW 11, Kelurahan Empangsari, Kecamatan Tawang ini pada awal hari di bulan Ramadhan, memang sangat penuh, sampai jamaah rela melaksanakan shalat di luar mesjid. Namun tidak sampai seminggu keadaan ini bertahan. Kini, baru saja Ramadhan menginjak hari ke-9, jamaah sudah berkurang hingga mencapai 30% lebih.

Pertanyaan tadi kami sampaikan kepada beberapa warga yang sudah tidak melakukan shalat Terawih bejamaah di mesjid, sebagian orang menjawab bahwa mereka memiliki alasas tertentu untuk meninggalkan jamaah shalat. Ada yang beralasankan kerja, kepentingan, atau bahkan sedang di luar kota. Namun, yang sangat tidak masuk diakal adalah yang tidak memiliki alasan kuat, seperti mementingkan acara TV ataupun hanya alasan malas. Memang, shalat yang satu ini tergolong shalat sunat yang jika tidak dilaksanakan, tidak akan membekaskan dosa pada seseorang. Namun kini, sebagai insan yang memiliki akal, kita dituntut berfikir. Apakah memilih melakukan hal yang tidaklah penting, dibanding melakukan hal yang akan menyelamatkan kita kelak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *