Tulisan Sederharna Awal Oktober

2 min read

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

30 September 2010

Jangan Mencariku ..

Wajahmu masih jelas kuingat, jelas. Satu per-satu titik dua dadu saling beradu, di antara titik-titik yang membilang masih sama hasil imbang. Belum malam dan siang yang mengedipkan dua matamu, setia dalam kedipmu adakah aku terbilang? Mungkin, atau tak pernah. -Dua opsi yang kutawarkan.-

Kicau suara hangatmu masih lembut terekam, lembut. Padi-padi menguning, kemuning sawah dihias pipit-pipit mungil terbang kian melayang kian menerawang. Rincik air bening kudengar tenang mengalir. Sesaat senja dan fajar menyingsing, jiwa pun berupacara di bawahnya. Menghening sesaat, lalu bisikan temaram di embun pelepahmu.. atau di jingga dan nila dalam bingkai angkasa, masihkah sempat untuk berbisik sekedar bertanya koma tanpa titik?

Ketika kau berpikir, mungkin aku sudah dahulu pergi tanpa tanda..

Saat kau menjawab, utuh hanya bayang senyumku yang menjadi penerjemah jawabmu ..

-jangan mencariku …

01 Oktober 2010

Semu

Kau sapa aku tadi waktu

Wajahmu kuyu, dan

kau memelukku

“Bawalah aku bersama kedip nadimu”

Ucap katamu, sedikit menekuk hati

Kerut meraut di dangkal tatapmu.

Saat itu gerimis

Hampir rintiknya seperti menangis

Namun udara masih juga amis

Lalu kau lepaskan pelukmu

Dan dari luka itu

Kau kisahkan wajah-wajah kelabu

Luka tak menjelma curigaku

Ada masa ketika aku tak tercekam

Disemayamkan gulungan ombak malam

Yang Menolak paham

Ketika itu matamu mulai berbicara

Dari cerah, tak menemu arah

Surya kian merah, menabur gerah

Berkeriap tersingkap makin tercacah

Sementara mataku semakin dungu

Biru! Meribu haru tumpah

di ruah samudramu ..

02 Oktober 2010

Tsunami Wajah Kini

Waktu yang terapung dalam kata

Didesiran tanah, bersujud bumi

Melayar tersangkut laut

Di sana ada gemparan, ledakan!

Retak tepi bibir kian surut.kering.

Karang-karang berpamit pulang

Nelayan lupa pulang membawa jangkar

Orang-orang kembali dalam tangis bayi

Yang renta semakin janin

Tuhan, Aku tak sanggup melihat

Terlalu kencang badai menjantung

Di mata.

Aku tak sanggup merasa

Reseptorku sudah butarasa meraba rasa

Di mana?

Akan jiwaku berpamit pulang..

Di pusaran ini, aku memanggilmu. Tuhan.

Memanggilmanggil agar gigil tak berkesudahan

Kembali membatu di pelepah hijau subur ruahMu

Butir pasir ini tandus

Kuning gading, hilang peta mewajah sejarah

Tentang

Dulu,

Kanak-kanak. Kami!

Dan,

Lagi pinta kami tergulung ombak-ombak …

03 Oktober 2010

Kata Mawar

disetiap kedipan airmata

ditiapnya darah yang mengalir

dibatang-batang berduri.

aku sirami mawar ini berkali-kali.

penuh luka dan suka yang kutuah

dalam ruah saku-saku

yang saling menali.

bukan taman ini sepi karena ditinggal mati sang penghuni

bukan taman ini tutup gerbang sebab urung sang pemilik tak kunjung pulang.

Tetapi ia menanti, seorang datang membawa kunci yang sempat hilang

04 Oktober 2010

Abu

pagi itu,

jelang julangnya matahari

merias cerah di landai awan-awan.

ada seorang wanita seperti senja yang menunggu giliran.

diam terteka duduk sambil bernyanyi.

Sebuah bahasa, yang mengabukan kata.

05 Oktober 2010

Lorong Danau

Lorong-lorong gerbong

Tempat Masinis ompong membondong

Kayu. Lalu abu.

Dan, kuajak kau ketempat

Danau penyanggah dudukku

Menata ekor ikan didua kaki

Atau ingsang dicerobong paru

Bukan asap mencakar dua lubang hidung

Rel-rel tempat labuhmu menginjak sekuel darat

Mari, ikuti alirku …

Asal air mata

Dari Mata air

Sudah,

Berapa hanyut didalam kubik?

Merias tepi di ladang sepi

Tinggi membara arang muasal api

Dan unggun dengan anggun menjerit santun

Merayap dicelah rakit-rakit kecil

Jalan semai mendamai

Janganlah, ikuti cerobong bolongku …

Duduk saja sini, menahu danau inginkan kau..

 

08 Oktober 2010

/1/

Aku tari yang diberikan

Lupa dikusam putih yang muram

:: Semu.

/2/

Harus mana dicari dua mata

Aku di hadap rautmu kaukaca

:: Bayang.

/3/

Larutkah lemak digoda mineral

Dilain rayu, proton dan elektron masih

Mengaduk ingin temu.

:: Beda Poten-sial-

/4/

Matamu merah didelima batu kelingking jariku

Runcing paruh senyummu, aku tinta di ibupenamu

:: Cedera Mata, Kritis Kata.

/5/

Berikan aku tiga, cukup satu kau

Sisa dua, cadangan olah eksperimen

:: Rasa.

/6/

Sepasang ratu di satu bundar pijar

Berebut talak agar sempat diburu kembali

:: Petak Umpet.

/7/

Lupa malam dicium bibir langit

Hembusmu curiga cumbuan cemburu

:: Itu-itu hanyamu.

 

 

Afrilia Utami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *