Empat belas abad yang silam, Nabi Muhammad saw wafat, tapi namanya tetap semerbak, terukir abadi didalam kitab suci Al Qur’an sampai saat ini. Sejarah kehidupannya yang jernih tak hentinya mengalir memberikan kesejukkan, mengobati dahaga sekaligus cermin bagi manusia sepanjang masa. melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1430 Hijriah (9/3) mengingatkan kepada kita semua bahwa sejarah telah mencatat dengan goresan tinta emas mengenai perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW yang begitu luar biasa hebatnya. Dunia yang tadinya terkungkung oleh kegelapan yang teramat sangat, mampu tercerahkan oleh pancaran cahaya dan keagungan beliau. Keluhuran akhlak dan moralitas beliau telah menjadikannya sebagai figur teladan yang paling sempurna, jadi tunggu apa lagi kita untuk melakukan tindakan yang membawa maslahat bersama dan memberikan banyak manfaat bagi semua orang.
Dan ternyata, derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana dirinya punya nilai mamfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Khairunnas anfa’uhum linnas”, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits ini seakan-akan mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauh mana derajat kemuliaan akhlak kita, maka ukurlah sejauh mana nilai manfaat diri ini, tanyakanlah pada diri ini apakah kita ini manusia wajib, sunat, mubah, makruh, atau malah manusia haram?
Apa itu manusia wajib? Manusia wajib ditandai jikalau keberadannya sangat dirindukan, sangat bermamfat, perilakunya membuat hati orang di sekitarnya tercuri.