SAYA jadi binggung, sudah banyak banget kampanye tentang lingkungan dimana-mana, sudah terlalu sering kita mendengar berita banjir, demam berdarah, kekeringan dan lain-lain. Saya juga tau diantara kalian pasti udah boseeeenn banget ngebaca atau mendengar larangan buang sampah dimana saja. Tapi qo, semakin hari bukannya lebih cinta lingkungan tapi semakin hari kita malah semakin kurang peduli dengan nasib bumi dan ekosistem lingkungan sekitar. Sadar nggak sadar ternyata kita sendirilah si pencetus bom waktu bencana alam di bumi. Jadi, seberapa penting sih kita harus mencintai lingkungan?
Nggak usahlah kita ribut mempermasalahkan tentang si penebang liar yang kerjanya menggeruk keuntungan menggunduli hutan. Iya, gundulnya hutan memang salah satu penyebab datangnya banjir. Tapi bukannya kita juga ikutan andil dalam ‘mendatangkan’ banjir, karena ikut-ikutan membuang sampah sembarangan.
Jangankan di Bandung atau Jakarta, yang nota benenya kota besar. Di Sumedang aja kalau hujan lebat, banjir juga lho! Gara-gara paritnya mampet total karena terlalu banyak mendapat kiriman timbunan sampah, air jadi tidak bisa mengalir dengan baik, akhirnya airnya meluap kejalan raya. Ya, walaupun genangannya hanya sebatas mata kaki nggak sempet meluber masuk kedalam rumah dan nggak sehebat banjir ibukota tapi kalau mau kita masih bisa mengatasinya, dan luapan air sebatas mata kaki itupun pasti nggak akan pernah ada. Kalau nggak sadar dari sekarang, dimusim hujan nanti luapan air yang semata kaki bisa aja naik 15 cm . . . naik lagi . . . naik lagi . . . aduuuuh jangan sampai deh ya…!
Dari setiap upacara senin pagi selalu dikumandangkan ikrar hidup bersih dan setiap siswa (termasuk saya) mengikuti dengan suara lantang dan nyaring sekali. Dan hampir setiap guru yang berpidato di forum wara-wiri mengingatkan supaya kita buang sampah ditempat sampah. Tapi ironisnya, lima menit berlalu setelah selesai mengikuti upacara, dilapangan banyak berserakan bungkus permen dan tissue padahal kita masih bisa menyimpannya dulu untuk sementara disaku baju, barulah ketika ada tong sampah kita buang. Nggak susahkan?
Yang di atas tadi hanya sebuah contoh kecil, hal tersederhana yang bisa kita lakukan setiap saat. Apa diantara temen-temen semua sudah ngelakuin hal diatas? Atau malah nggak peduli dan tetep buang sampah dimana aja? Uh, jangan dong… inget aja sama pepatah yang bilang bahwa sekecil dan sesederhana apapun pasti akan mendatangkan manfaat dan kebaikan, gimana setuju kan?
Sebenernya, masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan kalau memang kita punya kepedulian yang besar kepada lingkungan sekitar. Contohnya kecil lainnya yang bisa kita lakukan yaitu mulai mendaur ulang barang-barang bekas yang terbuat dari plastik dan kaleng, membeli barang yang ramah lingkungan, hemat air, meminimalisir ketergantungan kita sama tissue dan kertas (yang bahan bakunya adalah kayu), lebih jauhnya lagi kenapa kita nggak mencoba mengajak orang-orang terdekat untuk menanam kembali lahan-lahan kosong disekitar kompleks kita (terlebih dahulu), biar lebih bermanfaat tanam pohon yang suatu saat bisa dipetik hasilnya.
Ayo, nggak perlu tunggu hari bumi, hari lingkungan hidup atau ada banjir dulu untuk memulai memperhatikan dan menyayangi lingkungan sekitar. Kalau bukan kita yang menyayangi bumi ini, terus siapa lagi? Remember, the world is in our hands, so it’s up to you to make it better.
Lia Triherawati SMAN 1 Sumedang