Refleksi Sosial dalam Wirid Visual Butet Kartaredjasa

1 min read

Butet Kartaredjasa, yang lebih dikenal sebagai aktor teater dan film, kali ini mengejutkan publik dengan pameran tunggal, bertajuk “Melik Nggendong Lali”, atau dalam bahasa Indonesia berarti “rakus hingga lupa diri”. Sebuah refleksi  terhadap realitas sosial politik yang terjadi di sekeliling Butet sebagai warga bangsa Indonesia.

Pameran ini menampilkan, istilah Butet  ‘wirid visual’ yang telah ia lakukan setiap hari. Menurutnya setiap goresan pensil dan kuasnya adalah doa, adalah meditasi, adalah cerminan dari kegelisahan sosial yang ia rasakan. Menjadikan karya-karya seni rupa yang sarat makna. 

gambar ‘wirid visual’ karya Butet Kertaredjasa

Selama 2,5 tahun, pria asal Yogyakarta ini melakukan  wirid visual dengan menulis nama panjang yang juga nama aslinya sebagai Bambang Ekolojo Butet Kartaredjasa yang dikasih ayahnya, Bagong Kussudiardja. Ditulis di selembar kertas, dia gubah ke berbagai medium karya ada kain, batu, lukisan sampai pelat besi.

Karya rupa dari berbagai medium tersebut menampilkan puluhan karya terbaru Butet yang merefleksikan berbagai kegelisahan, kritik, dan sindiran. Dari lukisan hingga instalasi, setiap karya adalah undangan untuk berdialog dengan diri sendiri, untuk melihat lebih dalam apa yang terjadi di masyarakat kita. 

Patung Pertruk dengan wajah emas bertajuk ‘Jelmaan Kesombongan’

Ketika masuk ruang pameran, pertama akan disuguhi oleh sebuah patung berjudul ‘Jelmaan Kesombongan’   titimangsa pembuatan tahun 2024.  Patung tersebut  bentuknya kayak Petruk tapi dengan wajah emas dan tubuh yang lainnya hitam, di belakangnya ada tiga panel raksasa yang besar dengan tulisan ‘Melik Nggendong Lali.’ Menggambarkan keinginan yang berlebih untuk memiliki, didorong oleh nafsu yang tak pernah puas, sehingga lupa terhadap aturan atau hukum yang harus ditaati.

Kurator Asmudjo J Irianto menyebut karya-karya Butet sebagai “laku spiritual untuk kritik sosial”, sebuah penciptaan yang autentik dan tulus. Pengunjung diajak untuk tidak hanya mengagumi karya secara visual, tetapi juga meresapi pesan yang ingin disampaikan.

Pengunjung sedang mengapresiasi karya Butet Kertaredjasa

Pameran “Melik Nggendong Lali” adalah pengingat bahwa seni bukan hanya soal estetika, tetapi juga soal etika. Butet Kartaredjasa telah berhasil mengajak kita untuk melihat lebih jauh dari yang terlihat, untuk mendengar lebih dalam dari yang terdengar, dan untuk merasakan lebih dalam dari yang terasa.

Beberapa karyanya yang mencuri perhatian penulis bertajuk Tuli Permanen: Sebuah sketsa dari tokoh punakawan, Petruk, dengan memakai baju raja Surakarta dan di telinganya tersumpal sesuatu, itu seolah sedang menggambarkan situasi politik Indonesia. Beberapa lukisan nya yang bertajuk Pawang, Ingin Punya Nyali, Dengus Kegagahan, dan Siap di Atas, menggambarkan tema beragam dengan nuansa khas Indonesia.

Selain itu, tercatat ada 360 karya seni rupa yang dituangkan dalam berbagai media seperti sketsa, lukisan, patung, sulam, keramik, bahkan instalasi. Karya-karya ini merupakan hasil dari “wirid visual” yang dilakukan Butet dengan menuliskan nama lengkapnya setiap hari sebagai bentuk meditasi dan doa.

Pameran ini tidak hanya menampilkan keahlian Butet Kartaredjasa sebagai seniman serba bisa  tetapi juga sebagai sarana refleksi sosial dan politik melalui seni. Akan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, dari 26 April hingga 25 Mei 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version