SEPULUH PENULIS TERPILIH DI PROGRAM EMERGING WRITERS UWRF 2024

2 min read

Setiap tahun, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) mengundang penulis-penulis baru dari seluruh penjuru nusantara untuk mengirimkan karyanya. Pada tahun 2024, panitia menerima total 1.347 cerpen yang dikirim oleh 449 penulis. Setelah karya-karya diterima, sebuah dewan kurator independen memilih penulis yang akan diundang untuk meluncurkan Antologi di Ubud Writers & Readers Festival. Sepuluh penulis dari berbagai daerah di Indonesia lolos dalam seleksi program Emerging Writers ini.

Keterangan  yang redaksi matapelajar.com dapat dari siaran Pers UWRF 2024 menyebutkan,  bahwa  Yayasan Mudra Swari Saraswati selaku penyelenggara mengumumkan nama-nama penulis  yang telah diseleksi oleh tim kurator yang terdiri dari  Dee Lestari, Faisal Oddang, dan Putu Juli Sastrawan. Para penulis terpilih selanjutnya akan mengikuti pembekalan dan pelatihan, sebelum karyanya dipublikasikan dalam antologi tahunan dan hadir di UWRF 2024 Oktober nanti.

Diselenggarakan sejak tahun 2008, program Emerging Writers UWRF telah menjadi mercusuar dalam menemukan bakat-bakat sastra muda Indonesia dan memperkenalkan mereka ke kancah sastra regional dan internasional. Dua dari tiga kurator yang terlibat tahun ini juga merupakan alumni program Emerging Writers, bersama dengan nama-nama yang telah mengukuhkan tempatnya di komunitas sastra Indonesia seperti Dias Novita Wuri, Rio Johan, Andina Dwifatma, dan Norman Erikson Pasaribu.

Program ini sebelumnya terbuka untuk berbagai jenis karya, mulai dari cerita pendek, puisi, sampai dengan kritik sastra, tetapi sejak tahun 2022 penerimaan dan seleksi karya difokuskan pada cerita pendek. Tahun ini, festival menerima kiriman cerita pendek dari para penulis Indonesia yang secara unik mengangkat nilai-nilai lokalitas dan kearifan lokal dalam karya-karyanya.

Selama periode penerimaan karya dari 8 Januari hingga 29 Februari 2024, festival menerima total 1.347 karya dari 449 penulis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dari total penulis yang mengirimkan karyanya pada tahun 2022, menunjukkan antusiasme yang terus meningkat dari tahun ke tahun untuk program ini.

Seleksi diselenggarakan dalam dua tahap untuk mencermati banyaknya karya yang masuk, dimulai dengan tahap pra-kurasi yang mengerucutkan kandidat menjadi 50 besar dan dilanjutkan dengan tahap kurasi yang menyeleksi 10 nama akhir. Kedua tahap ini dilakukan secara anonim, dengan ketiga kurator menjatuhkan pilihan hanya berdasarkan karya yang dikirimkan ke festival.

Teknik bercerita, pengolahan bahasa, dan gagasan yang dituturkan oleh para penulis melalui cerita pendeknya beberapa aspek utama yang dinilai dalam menyeleksi 10 nama ini. “10 yang dipilih oleh dewan kurator itu adalah 10 penulis yang benar-benar memadupadankan teknik bercerita, bagaimana ia mengolah bahasa, dan tentu saja gagasan yang menjadi tulang punggung ceritanya”, kata Faisal Oddang. 

Sepuluh penulis yang terpilih dalam seleksi program ini adalah:

  • Ade Mulyono (Tegal, Jawa Tengah)
  • Adibah L. Najmy (Gowa, Sulawesi Selatan)
  • Arif Kurniawan (Rejang Lebong, Bengkulu)
  • Arif P. Putra (Padang, Sumatera Barat)
  • Cicilia Oday (Kotamobagu, Sulawesi Utara)
  • Goebahan R. (Tanjungpinang, Kepulauan Riau)
  • Kurnia Gusti Sawiji (Tangerang, Banten)
  • Mega Anindyawati (Sidoarjo, Jawa Timur)
  • Miranda Seftiana (Kandangan, Kalimantan Selatan)
  • Nanda Winar Sagita (Takengon, Aceh)

Putu Juli Sastrawan selaku kurator yang terlibat sejak proses pra-kurasi menambahkan, “Para penulis terpilih memiliki kemampuan yang luar biasa tidak hanya dalam membangun alur cerita yang menarik dan memikat, tetapi juga daya dobrak bahasa yang kuat. Saya pikir, cerita-cerita mereka akan terus menghantui bahkan setelah selesai membacanya”.

Meskipun begitu, ketiga kurator memiliki catatannya tersendiri terhadap karya-karya kesepuluh penulis, mulai dari kekuatan struktur cerita sampai dengan konsistensi kualitas karya. Catatan-catatan ini yang harapannya dapat dipertajam melalui pembekalan dan pelatihan yang akan diberikan sebelum mereka diperkenalkan di UWRF 2024 yang akan diselenggarakan pada 23-27 Oktober 2024.

Dee Lestari yang telah dua kali terlibat sebagai kurator program ini memiliki harapan besar untuk para penulis terpilih. “Program ini adalah salah satu ajang yang paling ditunggu-tunggu karena secara prestise dan keberlanjutan memiliki nafas yang panjang, harapan saya mereka benar-benar bisa terpacu potensi dan motivasinya untuk konsisten berkarya”, ujar penulis heksalogi Supernova ini.

“Setiap tahun saya selalu terpikat dengan kreativitas dan semangat mereka yang mengirimkan karyanya. Selamat kepada talenta-talenta muda luar biasa ini! Semoga ini menjadi titik transformatif dalam perjalanan mereka sebagai penulis”, ujar Janet DeNeefe, Pendiri & Direktur UWRF. 

Bagi para pegiat sastra yang ingin terlibat lebih jauh dalam perjalanan karir para penulis terpilih, Yayasan Mudra Swari Saraswati juga meluncurkan program Emerging Writers Patron untuk mendukung partisipasi mereka dalam festival. Donasi yang terkumpul melalui program ini akan digunakan untuk mendanai penerjemahan dan penerbitan antologi, tiket pesawat, akomodasi, serta honorarium para penulis terpilih.

“Program Emerging Writers Patron ini membantu kami memberikan kesempatan bagi setiap talenta terpilih untuk belajar, terhubung, dan terinspirasi melalui program kami. Kami sangat mengapresiasi siapapun yang memberikan dukungannya dan membantu kami menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi penulis yang akan datang,” tambah Janet DeNeefe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *