Membuka Pembelajaran dengan Topik Pagi

1 min read

Oleh : D. Dudu AR

Baik guru atau siswa ketika berangkat ke sekolah pagi hari, tentu membawa persiapannya masing-masing. Guru dengan rencana persiapan pengajarannya dan siswa dengan tugas rumah yang sudah dikerjakan dan menyambut pembelajaran baru. Di berbagai sekolah, ketika bel masuk berbunyi, siswa selalu berbaris sebelum masuk, setelah itu berdo’a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Namun, siswa selalu memiliki topik untuk diperbincangkan dengan teman-temannya; film kartun, acara televisi yang diminati, atau kejadian diperjalanan menuju sekolah.

Latar belakang di atas menggambarkan bahwa siswa memiliki dunia sendiri yang harus dipahami oleh orang dewasa (guru). Begitu pula dalam cara berpikir dan penyampaian pikirannya kepada orang lain, memiliki cara sendiri dalam mengungkapkannya. Kesiapan para siswa ketika memulai pembelajaran di kelas setiap pagi, jelas berbeda-beda. Tetapi, perbincangan yang mereka lakukan di setiap pagi tersebut jangan sampai “dihentikan” oleh guru. Jika guru berani menghentikan topik yang sedang dibicarakan oleh siswa, justru membunuh kebebasan berekspresi dalam menuangkan gagasan yang sedang asyik mereka perdebatkan atau di-sharing-kan dengan teman-temannya.

Kegiatan topik pagi yang hampir dilakukan oleh para siswa di berbagai sekolah ini, selayaknya dijadikan “pembiasaan” sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini untuk menumbuh-kembangkan kemampuan bicara anak, rasa percaya diri, dan saling menghargai perbedaan pendapat di antara teman-temannya. Kegiatan awal ini, dapat mencairkan keadaan kelas ketika mereka menghadapi pembelajaran. Secara tidak langsung, kegiatan ‘topik pagi’ ini membangun karakter anak yang telah disebutkan di atas.

Bagi saya, kegiatan ini merupakan apersepsi (pemanasan) yang baik sebelum pembelajaran dimulai. Guru tinggal memodifikasi kegiatan ‘topik pagi’ tersebut sebagai jembatan menuju materi yang akan disampaikan.

Seperti yang dijelaskan Utomo Dananjaya dalam buku Media Pembelajaran Aktif (2010) bahwa kegiatan ini berlangsung; perilaku mengomunikasikan, mengamati, mencari hubungan dan menafsirkan secara spontan. Saling menghargai, memahami, mau mendengar, keberanian, dan percaya diri terjalin dalam rangsang dan respon dinamis sepanjang kegiatan. Model ini dapat dipergunakan untuk seluruh mata pelajaran, terutama bahasa, karena memiliki unsur penilaian kompetensi “berbicara”. Sedangkan proses dalam kegiatan ‘topik pagi’ ini dapat dilaksanakan sesuai petunjuk berikut : (1) Guru membuka dengan pertanyaan yang menunjukkan kepedulian guru pada siswanya. Diusahakan agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk berbicara, (2) Makin tinggi kelas, pembicara makin panjang waktunya, sehingga sehari cukup 3 atau 4 orang siswa. Jangan lupa guru mengingatkan agar semua siswa memperoleh giliran. Kegiatan ini bisa berisi atau disebut Jurnal Pagi, (3) Model ini dapat dilakukan oleh guru sambil mengabsen siswanya dan bisa menanyakan kondisi siswanya dan bisa menanyakan kondisi siswanya yang pada pertemuan sebelumnya tidak hadir, (4) Jika pertemuan sebelumnya semua siswa hadir, maka tanyakanlah siswa yang secara fisik atau bahasa tubuhnya menampakkan ada masalah. Atau dapat juga membicarakan tema hangat yang sedang terjadi di masyarakat, misalnya “ tentang kejahatan melalui facebook yang menimpa banyak remaja,” baru kemudian guru masuk ke materi. Lebih baik lagi jika tema yang diangkat dalam obrolan pagi terkait dengan materi yang akan diajarkan, (5) Pokoknya, temanya secara implisit dan eksplisit menunjukkan kepedulian pada para siswanya. Hal ini juga akan membangun kedekatan dan rasa percaya siswa pada gurunya.

Kegiatan ini memang sederhana, tetapi jika dikondisikan sebagai upaya membangkitkan semangat belajar, siswa akan lebih betah menghadapi kegiatan pembelajaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *