Pentingnya Membangun Visi Hidup

2 min read

Foto: wordincarnate.wordpress.com
Foto: wordincarnate.wordpress.com

Beberapa minggu terakhir lalu, saya benar-benar ada dalam salah satu masa-masa terendah hidup saya. Saya mengalami depresi yang benar-benar menyita waktu hidup saya. Cukup berat, hingga rasanya saya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Gejala ini melanda saya tepat ketika saya sudah tidak lagi beraktivitas di Salman Media. Gejala awalnya sudah mulai tampak pertengahan Juli 2012 lalu, ketika saya menerima keputusan pemberhentian sebagai Pemimpin Redaksi SalmanITB.com.

Awalnya saya masih mampu merasa hidup. Karena ada banyak rencana yang ingin dan akan saya lakukan. Namun, semakin hari, semakin cahaya kehidupan tersebut mulai meredup. Banyak rencana dan keinginan saya yang semakin lama hanya menjadi angan-angan saja. Tenggelam bersama redupnya cahaya kehidupan saya yang semakin menyentuh titik tergelapnya.

Puncaknya, usai lebaran, saya mengalami burn out. Rasanya, tubuh ini ingin meledak, tak kuasa menahan hilangnya nafas kehidupan dari diri. Ketika itu, saya hanya mampu beraktivitas seperti bayi: tidur, bangun, makan, tidur lagi. Hampir setiap hari selama beberapa minggu, pekerjaan itulah yang saya lakukan.

Rasanya, benar-benar bosan. Untuk melakukan aktivitas lain pun, rasanya sulit. Saya mencoba menulis, tidak juga mampu menorehkan satu huruf pun. Saya mencoba berinternet ria, rasanya sangat hambar. Saya mencoba keluar rumah, rasanya tak punya arah yang jelas. Saya mencoba melakukan pekerjaan rumah tangga pun, tak ada semangat. Saya benar-benar merasa dalam kehampaan dan ketidakberdayaan.

Di titik terendah tersebut, saya akhirnya menyadari, bahwa masalahnya adalah saya tidak memiliki visi hidup. Visi hidup yang tersisa dulu tertinggal di Salman Media. Hampir semua yang saya lakukan, dilandasi oleh visi membangun Salman Media. Ketika sudah tidak lagi memiliki andil di situ, visi hidup saya pun hilang.

Mungkin itulah salah satu hikmah dari peristiwa ini: saya menyadari arti sebuah visi. Visi membangun hidup agar lebih terarah. Visi membuat kita memiliki semangat dan energi untuk berbuat dalam hidup. Visi juga membantu manusia menemukan kesadarannya dalam kehidupan.

Tak heran, dalam hidup, Muhammad sendiri menekankan bahwa seorang penganut Islam harus memiliki visi tentang Tuhan. Salah satunya, misalnya, meraih cinta dan ridho-Nya, atau mengabdi sebagai hamba-Nya. Bagaimana pun, sebuah visi yang melekat pada makhluk hanyalah sementara dan akan hilang. Sedangkan visi terkait nilai-nilai ketuhanan, merupakan sesuatu yang hakiki dan abadi. Sehingga energi kita untuk hidup pun akan abadi.

Berkaitan dengan ini, saya jadi teringat kisah serial film Avatar, The Last Air Bender. Dalam Buku 3 episode 13, Zuko, sang pangeran Negara Api, mengajari Aang pengendali api. Alih-alih mengajarkan, Zuko malah kehilangan kemampuannya mengendalikan api.

Akhirnya, Aang dan Zuko menuju ke negeri Sun Warior (Kesatria Matahari) untuk belajar kepada Ancient Dragon (Naga Kuno). Di akhir cerita, Zuko dan Aang mampu mengendalikan api kembali. Zuko menyimpulkan bahwa hilangnya kemampuan mengendalikan apinya disebabkan kehilangan tujuan hidupnya. Bila dulu, Zuko memiliki tujuan hidup untuk mengejar Avatar Aang. Kini, ketika dia berada di kubu Avatar, tujuannya sirna yang diikuti hilangnya energi untuk mengendalikan api. Sehingga dia merasa harus membangun tujuan hidupnya kembali. Membangun semangat dan energi kehidupannya kembali.

Dan kini, Alhamdulillah, sedikit demi sedikit, saya sudah mulai mampu membangun visi hidup saya kembali. Sedikit demi sedikit pula, saya sudah mulai membangun energi dan semangat saya kembali. Dan sebisa mungkin, saya membangun visi hidup dengan menautkannya kepada Dia Yang Maha Hakiki.

Terima kasih untuk mereka yang telah menyemangati dan mengingatkan saya tentang arti hidup dan sebuah perjuangan, khususnya mereka yang bertemu saya hari Minggu lalu. Perbincangan dengan anda-anda semua lah puncak dari membaranya pembangunan energi kehidupan saya. Terima kasih pula Tuhan, karena telah mengajari saya melalui mereka. Terima kasih.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *