Dua puluh dua berlari dari halaman sejarah
Berumahkan laut dan seikat bambu tajam.
Dengan kail arah pada raut sang pemanah.
Tanpa pejam.
Membakar akar rambut mengemasi sedari yang jadi
Sekamar kepala menjatuhkan air asin, menarik sisa.
Lengkap dengan busana hujan yang dibawa basah –di dalam.
Engkaukah..
Dengan pemancing tawa, penata halaman dari yang tersedia.
Tangkai perahu yang berdemaga di tepi lautan, bintang pemimpi
Segenggam nadi kata terus berdetak jadi padma tak bergelap.
Lelagu di dasar memarkirkan pecahan keringat di dahinya
Dua puluh dua sambil dengan wajah
Menggoreng kepiting, udang, dan kemerang-
Dekat dengan kapal kenanga,atau tentang segala yang riang.
Merebus kapas debu, asap jalanan, tangisan sembilu
Di usia baru. Aku mendengar kedatanganya –bertubuh.
Pada dua puluh tiga…
Menelusuri lenganlengan angin, meniti detak dengan do’a
Mei 2011