Setiap harap sama merindangkan angan, memekarkan rembulan yang tersapu biduan. Seperti sebuah melodi yang kaupetik beberapa kali sesuntuk tadi malam, tanpa ada lagu, tanpa suara merdumu. Tapi aku tahu, hatimu sedang bernyanyi. Hatimu sedang menjadi bunga di antara lautan Sahara. Hatimu sedang mencari sesuatu untuk menutupi celah labirin, sesuatu yang kausebut tentang gundah.
*
Setiap tanya sama mencari jawaban, saling mengajak permainan mini petak umpet. Siapa paling cepat bersembunyi, berlari, mencari dan akhirnya terdapati. Lalu kau mulai berhitung dari angka-angka yang sempat kaukenali, angka yang bermula dari diam lalu berjalan, saling mengikuti. Dengan nama-nama angka yang berbeda tiap urutan. Ada satuan, ratusan, ribuaan angka coba kaupecahkan. Tapi hanya satu angka yang paling buatku bertanya, mengapa ada di antara ganjil yang olah buatku merasakan gigil bilangan dikepingnya.
*
Aku telah membunuh Minormu semalam
Lalu menguburnya dalam-dalam ..
Aku menjadi dasar yang dankal
Beranjak menjumlah berapa ada kesal
Hingga terjal
*
Namun, sungai telingamu masih menanti. Seorang tamu yang bergaung-gaung. Menimba air dalam sumurmu dengan perlahan. Masih dalam penungguan, nada Mayormu.
*
02 Januari 2010
oleh : Afrilia Utami