Drama G30S PKI

4 min read

Tanjog Pinang Tanjong Pura,

Pante indah pohon kalapa.

Hati sanang jiwa gembira,

Di sini deng sodara beta berjumpa.

________________________________________________

Hallo Apa kabar semua ?? Semoga kita semua selalu sehat ya…!

G30S PKI atau Gerakan 30 September PKI adalah peristiwa yang berakhir tragis pada 30 September malam hingga 1 Oktober 1965 . 7 pahlawan revolusi korban G30S PKI dibunuh dan dibuang ke dalam Lubang Buaya.

Berikut 7 pahlawan revolusi

1. Jenderal TNI Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922. Ia mengenyam pendidikan formal di HIS (sekolah setingkat SD), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/setingkat Sekolah Menengah Pertama) dan AMS (Algemne Middelberge School/setingkat Sekolah Menengah Atas). Karir militer Jenderal Yani dimulai saat ia mengikuti wajib militer yang dicanangkan Pemerintah Hindia Belanda di Malang.

Di bidang militer, Ia pernah menahan Agresi Militer pertama dan kedua Belanda. Prestasinya kian mentereng setelah memimpin pasukan melumpuhkan pemberontak DI/TII dan Operasi Trikora di Papua Barat serta Operasi Dwikora menghadapi konfrontasi dengan Malaysia.

Jenderal Ahmad Yani menentang PKI dan  membuatnya masuk dalam target penculikan dan pembunuhan PKI pada Gerakan 30 September.

Ketika para penculik datang ke rumah beliau dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhnya secara spontan. Tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.

2. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto.

Jenderal kelahiran Purwokerto pada 2 Juni 1920 ini merupakan lulusan MULO dan AMS Yogyakarta. Sepanjang menjadi anggota TNI, ia sering dipindah tugas.

Pasca pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Suprapto dipindah ke Medan menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera.

Suprapto adalah salah satuPerwira Tinggi yang berseberangan dengan pemikiran pentolan PKI, DN Aidit yang ngotot ingin mempersenjatai buruh dan tani dengan membentuk Angkatan Kelima. Karena alasan itulah Suprapto masuk dalam daftar jenderal yang harus dihabisi.

3. Letnan Jenderal M.T. Haryono

Putra dari seorang asisten Wedana di Gresik ini lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. MT Haryono menimba ilmu di ELS (setingkat sekolah dasar), HBS (setingkat sekolah menengah umum) dan Ika Dai Gakko (sekolah kedokteran di masa pendudukan Jepang) di Jakarta. Namun, ia tidak menyelesaikan pendidikan kedokterannya itu.

Jenderal ini dikenal sebagai orang yang sangat cerdas. Seperti Mohammad Hatta, MT Haryono diketahui fasih berbicara sejumlah bahasa asing, seperti Belanda, Inggris, dan Jerman. Seperti ketika Konferensi Meja Bunda (KMB), Haryono ditunjuk sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

Sebelum bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Haryono sudah aktif berjuang dengan para pemuda mempertahankan kemerdekaan. Ia juga vokal menentang PKI dan kroninya. Dan ternyata namanya juga masuk dalam daftar jenderal yang akan diculik oleh G30S PKI.

4. Letnan Jenderal S Parman

Sebenarnya, S Parman dekat dengan PKI mengingat tugasnya sebagai intelijen negara. Ia juga mengetahui kegiatan rahasia PKI. Namun, saat ditawari oleh kakak kandungnya Ir.sakirman yang juga merupakan salah seorang penting untuk bergabung dalam pasukan tersebut bergabung dengan PKI, jenderal kelahiran Wonosobo, 4 Agustus 1918 itu menolak paham komunis.  Dan karna itulah  beliau termasuk tentara inteljen yang masuk daftar penculikan.

Dan Pada malam 30 September-1 Oktober, tidak ada penjaga yang mengawasi rumah rumah Parman di Jalan Syamsurizal no.32

Berdasarkan istri Parman ini, pasangan itu terbangun dari tidur mereka di sekitar 4.10 pagi oleh suara sejumlah orang di samping rumah. Parman pergi untuk menyelidiki dan dua puluh empat pria dalam seragam Tjakrabirawa (Istana Garda) menuju ke ruang tamu. Orang-orang mengatakan bahwa dia dibawa hadapan Presiden sebagai “sesuatu yang menarik yang telah terjadi”. Sekitar 10 orang pergi ke kamar tidur ketika Parman berpakaian. Istrinya lebih curiga dari orang-orang, dan mempertanyakan apakah mereka memiliki surat otorisasi, yang salah satu pria jawabnya memiliki surat sementara menyadap saku dadanya.

Parman meminta istrinya untuk menelpon apa yang terjadi pada komandannya, Ahmad Yani, tetapi kabel telepon telah diputus. Parman dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke basis gerakan di Lubang Buaya. Malam itu, bersama dengan tentara lain yang telah ditangkap hidup-hidup, Parman ditembak mati dan tubuhnya dibuang di sebuah sumur bekas.

5. Mayjen D I Pandjaitan

Ia adalah salah satu otak lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bersama pemuda lain, ia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kemudian mulai  menjadi komandan batalyon, kariernya merangkak dengan menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra dan menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Terakhir, ia menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Sebagai Perwira Tinggi, pria kelahiran Balige, Sumatra Utara pada 19 Juni 1925. Dan pemuda ini juga termasuk dalam daftar nama untuk dibunuh oleh G30S PKI.

Segerombolan pasukan G30S PKI  memaksa masuk pagar rumah Panjaitan di Jalan Hasanudin,  Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, lalu menembak dan menewaskan salah seorang pelayan yang sedang tidur di lantai dasar rumah dua lantai dan menyerukan Panjaitan untuk turun ke bawah. Dua orang pemuda yaitu Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu terluka berat saat mengadakan perlawanan ketika D.I. Panjaitan diculik, tidak lama kemudian Albert meninggal. Setelah penyerang mengancam keluarganya, Panjaitan turun dengan seragam yang lengkap berdoa,sambil menyerahkan diri kepada Yang Maha Esa untuk memenuhi panggilan tugas yang dimanupalasi oleh gerombolan PKI dan ditembak mati.

Mayat ditemukan pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya. Panjaitan mendapat promosi anumerta sebagai Mayor Jenderal dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

Mayjen Sutoyo lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922. Pada 1945, Sutoyo bergabung dengan militer sebagai Polisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal Polisi Militer.

Karier di dunia militernya dimulai dengan menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto, Komandan Polisi Militer. Kariernya perlahan mulai naik hingga ia dipercaya menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama. Sayangnya, Sutoyo dituding ikut membentuk Dewan Jenderal sehingga namanya masuk dalam daftar perwira tinggi yang harus dihabisi.

Penangkapan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo oleh gerombolan PKI dilakukan dengan alasan mendapat panggilan dari Presiden Sukarno. Namun, ia malah dibawa ke markas PKI dan ditembak mati. Lalu jenazahnya dibuang kedalam lubang buaya bersama lima jenderal yang lainnya

7. Kapten Pierre Tendean

Kapten Pierre Tendean. Ia menjadi korban yang salah sasaran oleh PKI karena sasaran utama adalah Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution.

Perwira yang baru berusia 26 tahun itu tewas ditembak dengan  timah panas dari senjata Cakrabirawa. Ia yang menjadi martir Jenderal Abdul Haris Nasution.

Ajudan Jenderal Nasution itu lahir pada 21 Februari 1939. Karier militernya dimulai dengan menjadi intelijen. Ia pernah ditugaskan menjadi mata-mata ke Malaysia selama konfrontasi Indonesia-Malaysia.

Pada peristiawa G30S, Pierre yang mengaku sebagai Jenderal Nasution ditangkap dan dibawa pasukan PKI ke Lubang Buaya. Di Lubang Buaya Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur lubang buaya bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan Revolusi.

———–

Penulis, Reva&Fadila/KelasMultikultural

Sumber Naskah : https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/wimmy/5bfd01a1ab12ae7e905e7dd4/sejarah-7-pahlawan-revolusi-dan-3-anumerta?amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIKAGwASDYAQE%3D#aoh=15950801382980&amp_ct=1595080081335&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fwimmy%2F5bfd01a1ab12ae7e905e7dd4%2Fsejarah-7-pahlawan-revolusi-dan-3-anumer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *