Minggu kemarin tepatnya tanggal 13/09 kebanyakan perguruan tinggi telah memulai pembelajaran di kelas. Bahkan tidak sedikit Perguruan TInggi yang telah lebih awal memulai proses pembelajaran di kelas, sebagai Contoh Universitas Pendidikan Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan banyak lagi. Sebagai mahasiswa baru, menginjakan kaki di sebuah Universiats/Institut dan belajar di dalamnya merupakan suasan baru. Memang dalam segi belajar kita sudah terbiasa sejak mulai bersekolah di bangku Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Bahkan sejak lahirpun Sang Khalik telah mewajibkan kita untuk menuntut Ilmu.
Dikatan Maha, karena bersekolah di Perguruan Tinggi merupakan jenjang tertinggi pendidikan Formal di Negara kita. Tentu kita sebagai mahasiswa tidak ingin gelar ‘maha’ yang ada pada diri kita hanyalah sebagai hiasan saja dan tidak berpengaruh terhadap sikap kita.
Apakah Mahasiswa sama dengan Siswa Sekolah Dasar? Tentu beda, tetapi sama dalam hal belajar. Definisi belajarpun sangat luas. Belajar adalah bagaimana seseorang menjadi tahu, belajar juga adalah proses perubahan diri seseorang dll.
Kemudian bagaimana cara agar kita tidak disamkan dengan anak SD?? Sangatlah Mudah. Yang paling utama adalah sikap kita yang harus berbeda dengan anak SD. Sebagai contoh adalah sikap Mandiri yang ditanamkan pada setiap diri mahasiswa. Apabila sikap tersebut tidak ada pada diri kita, kita bisa disamakan dengan anak Sekolah Dasar, yang cenderung lebih banyak di beri oleh guru. Atau dalam bahasa sunda sering disebut “di suapan ku guru”.
Nah agar kita berbeda dengan siswa sekolah dasar, dan predikat ‘maha’ yang secara otomatis melekat pada diri kita tidak sia-sia, diperlukan peningkatan skill di perguruan tinggi. Dengan cara
Diperlukan kondisi aktif dan kreatif : mahasiswa kuliah bukan sekedar, semata-mata, atau terutama mendengarkan kuliah, tetapi untuk meneliti dan mencermati pembahasan para dosen terhadap masalah tertentu.
Tidak masuk bangku perkuliahan dengan ‘OTAK KOSONG’ itu berarti sebelum perkuliahan dimulai minimal kita telah mengetahui sekilas tentang pelajaran yang akan kita pelajari dikelas.
Bersikap Kritis. Dan ini merupakan salah satu cirri utama mahasiswa. Dan salah satu pembeda juga dengan anak SD
Frekuensi membaca lebih ditingkatkan
Dan yang terakhir adalah bagaimana sikap kita dalam mengikuti pembelajaran. Yang biasanya kita suka ‘berisik’ dalam diskusi, marilah belajar untuk menghormati. Yang tadinya kerap kali melihat pekerjaan orang, marilah kita belajar untuk menumbuhkan rasa Responsibility yang ada pada diri. Dan lain-lain.
Apabila kelima aspek diatas sudah ada pada diri kita, Insya Allah kita akan sangat berbeda dengan anak SD. Dan layak menyandang gelar Mahasiswa seutuhnya. Mengapa dikatakan seutuhnya? Karena banyak para Mahasiswa yang tidak utuh. Pekerjaannya hanya nongkrong, hura-hura dsb.
Juga Sebagai mahasiswa, kita juga perlu mengingat Seven Habits of Highly Effective Student yang di tulis oleh Steven Covey.
- Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
- Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.
- Kerjakan dulu mana yang penting.
- Anggap dirimu berada dalam situasi “competition” (bukan situasi “win-win” lagi).
- Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.
- Cari solusi yang lebih baik.
- Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan.
Tentu sebgai mahasiswa muslim, ketujuh Prinsip diatas harus di selaraskan dengan nilai-nilai luhur Agama. Ketika agama telah menjadi Baromter bagi kita, insya Allah kita akan merasakan “Double Winner”. Yakni kita telah menjadi Pemenang di Alam dunia juga Akhirat. Karena dalam sebuah keterangan “Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya Allah akan memudahkan urusan dunianya, tetapi apabila dunia adalah tujuannya Allah akan mempersulit dirinya”. Intinya semua usaha yang kita perjuangkan di dunia tujuannya adalah untuk akhirat. Wallahualam.
M Husain Ksyf (Jhon)
Institut Agama Islam Darussalam – Ciamis
Baju Kopral