Peluncuran dan Diskusi Buku Antologi “Hizib Perjalanan” Karya Yusran Arifin

1 min read

“Barangkali, sisi historis hizib, yakni bencana atau bahaya besar yang dihadapi aku lirik puisi, menjadi visi yang identik dengan kaum sufi. Sementara itu, puisi menjadi semacam misi dalam ritual hizib yang terus-menerus dihayati layaknya menghasilkan batu akik –atau malah semacam dengan ritual tolak bala atas berhala diri. Bagaimana tutupan kisahnya? Barangkali juga, puisi penutup yang menyertakan diksi orkestra dapat menggambarkan sintesis bernada konklusif  dari aku lirik puisi: //Aku terus bernyanyi seirama gendang takdir/Yang didendang detak jantungku// (“Orkestra 1”, 2020:91).

 

Mata Pelajar Indonesia (MPI) menggelar “Peluncuran dan Diskusi Buku Antologi Puisi Hizib Perjalanan karya Yusran Arifin pada hari Sabtu, 4 Desember 2022. Acara tersebut digagas MPI bekerja sama dengan UKM Aksara Kampur UPI Tasikmalaya.

Acara peluncuran tersebut  bertempat di Ruang IOT, Gedung Baru, Kampus UPI Tasikmalaya. Diskusi yang dipandu Wida Mutiara Wiarsih (Ketua UKM Aksara UPI Kampus Tasikmalaya) berjalan dengan hangat.  Mahasiswa, pelajar, seniman, dan masyarakat umum menghadiri acara tersebut dengan antusias.

Dalam diskusi buku dihadirkan pengulas Dr. Seni Apriliya (Akademisi, Dosen UPI Kampus Tasikmalaya), Diwan Masnawi (Filsuf, Ketua Komunitas Kuluwung Cipasung), dan Nizar Machyuzaar (Penyunting, Penerbit Mata Pelajar Indonesia). Menurut Seni, membaca buku Hizib Perjalanan seolah mengenal Tasikmalaya, tetapi dari sudut pandang puitis. Konektivitas pembaca dengan latar sosial dan budaya Tasikmalaya menjadi sebuah keniscayaan.

Sementara itu, Diwan melihat sisi portofolio karya puisi dalam beberapa diksi yang menurutnya sangat kental dengan idiom kesufian. Puisi menjadi salah satu jalan untuk menempuhnya. Nizar memberi informasi bagaimana sebuah buku puisi diproduksi. Dalam pementasan drama ada fungsi dramaturg, dalam pameran seni rupa ada fungsi kurator, dan dalam karya sastra (juga buku pada umumnya) ada penyunting atau editor.

Pembacaan puisi diisi Ki Andi Debleng (Panyajak, Rumah Adat Wangsaloka), Sahaya Santayana (Penyair, Koord. Satu Jam Sastra), Thiani Nurussaadah (Mahasiswa, UKM Aksara UPI Tasikmalaya), dan siswa SMK Panca Tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *