Tentang Embun

27 sec read

Pada persimpangan catatan waktu

kita bertemu dengan secarik lembar ukhuwah

kulihat luka berpendar di pipimu,

……..saat seujung ucapkan pisah.

Senyumku mungkin mengering karenanya.

 

Kita mengambil sisa kapur yang telah patah.

Papan hitam. Penggaris panjang. Kata serta angka-

Jam dinding kusam.

Bangkubangku tua dengan wajah kemasan.

Dari kacamata-

yang retak sebelah.

 

Pergimu meranum luka di jiwa.

Ada lubang.

Bagian gulita.

Aku terhampar lagi, kering terkapar pada gurun sendiri.

 

Inilah fana tentang dunia, yang bersama-

akan pergi, membekal sendiri dan sepi.

yang bertemu akan berpisah. Membilang jejak

bilahan rindu. Sebagian hilang dengan kepedihan.

 

Datanglah dan temui aku di sini, Saudaraku.

Bermain-main kata di atas jari hari,

bukankah kita akan bersama, melukis

dunia dengan kapur tua. Menulis halaman buku-

dengan hembusan Hydragea mempesona.

 

Kita serupa cerita embun, pada pagi yang memuda.

 

25 Mei 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *