Tradisi Vs Teknologi; Mengaji Mempertahankan Jati Diri

1 min read

 

 

                 Jajangkungan                                                                             

 Situ Gede, 01/07 – Siapa bilang gatrik atau jajangkungan sudah tak bisa kita temui lagi di kota? Ternyata pendapat itu salah.      Dalam upaya mengangkat dan memperkenalkan budaya sunda terutama kaulinan urang lembur, khususnya di Tasikmalaya, Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah raga  menggelar acara yang bertajuk “Pasanggiri Kaulinan Urang  Lembur” yang diselenggarakan di Situ Gede.      Selain untuk mengenalkan dan mengangkat budaya sunda, dikatakan oleh Ketua Pelaksana, Elis Darliani, S. Sn. juga untuk melestarikan kesenian daerah. Apalagi pada jaman sekarang ini, jaman yang serba instant, serba teknologi dan serba menuntut cepat, sepertinya kesenian daerah mulai agak terpinggirkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan hilang sama sekali. Anak pada jaman sekarang lebih mengenal Facebook atau Twitter, daripada keseniaan dari daerahnya sendiri. Padahal seni permainan daerah ini, berangkat dari keseharian yang sarat akan makna filosofis. Semisal gobag sodor, kita  diarahkan untuk dapat saling gotong royong, bekerja sama dengan anggota  grup kita untuk mencapai kemenangan.
     Memang hampir tak kita lihat pemandangan seperti itu di lingkungan atau di sekitar kita. Memang benar kita harus mengikuti perkembangan jaman. Tapi apakah dengan jalan  harus melindas tradisi? Tidak tentunya. Karena kebudayaan dan tradisi suatu daerah merupakan cermin kepribadian suatu daerah tersebut dan sangat tinggi dan mahal. Sudah di klaim sama pihak luar, baru seperti kebakaran jenggot.      Begitu serakah perkembangan jaman  memakan kota dan kemajuannya melindas budaya-budaya asli daerah. Padahal kita bisa menyeimbangkan antara tradisi dan teknologi. Kembali pada diri kita masing, untuk dapat menanamkan kecintaan pada tradisi sejak sekarang serta menularkannya kepada yang lain.      Itu mungkin pesan yang ingin disampaikan lewat kegiatan ini. Pasanggiri perdana ini diikutioleh 11 grup atau sanggar. Ada pun hasil dari pasanggiri ini : Juara 1 oleh Sanggar Kenanga Ligar (Sambong), Juara 2 diraih oleh Trotoar, dan Juara 3 diraih oleh Kopaster. Adapun untuk kategori kostum terunik diraih oleh Sanggar Bungsu. Permainan yang diselenggarakan yaitu, perepet jengkol, panggal, kelom batok, bedil jepret, jajangkungan, engkle, rorodaan, gatrik, gampar. Kesemua permainan itu dilakukan secara sambung menyambung, atau estafet.

                                                            Kelom Batok

 

                                                                                   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *