JANGAN KAU TANAM PUISI DI ISTANA

2 min read

Kumpulan Puisi

Faruk

 

Dari Abstraksi Ide ke Sensasi Citra *

Ulasan atas Buku Kumpulan Puisi Jangan Kau Tanam Puisi di Istana karya Faruk

Oleh Nizar Machyuzaar

Pembuka | Saya mengenal nama penulis sekira akhir tahun 1990-an.  Waktu itu saya baru masuk pada Jurusan (sekarang berganti menjadi program studi) Sastra Indonesia, Unpad. Nama Faruk H.T. tertera dalam satu buku berjudul Sosiologi Sastra yang saya beli untuk melengkapi pengetahuan kesastraan.

Hampir tiga puluh tahun kemudian, saya baru dapat mengakses penulis melalui aku sosial media Facebook yang dimilikinya. Saya meminta pertemanan dengannya. Lalu, saya tergerak dengan beragam pesan yang diunggahnya. Salah satunya, puisi-puisi yang saya baca dan saya sunting menjadi buku yang Anda baca saat ini.

Kita mengenal penulis sebagai intelektual berbasis akademik. Karya ilmiah, buku kritik sastra, dan karya kreatif sastra telah banyak diterbitkan dan melengkapi khazanah pemikiran intelektual Indonesia. Karenanya, menarik untuk dicermati bagaimana basis intelektual seorang Faruk dalam menulis karya kreatif, semisal puisi.

Hal ini terjawab saat saya menghampiri akun Facebooknya. Unggah pesan terjejak dalam acuan-acuan pemikiran yang selama ini dibaca dan dipahaminya. Beragam peristiwa, baik yang lokal maupun global, takluput dari amatan dan kritiknya. Sebagai contoh, saya kutip sebuah unggah pesan penulis saat isu perjokian karya ilmiah untuk pemuatan di jurnal digunjing kalangan akademisi dan warganet Indonesia:

kalau budaya yang diproduksi secara massal, yang disebut budaya massa, budaya populer, budaya rendah, dianggap eksploitatif, menjual mimpi, memperbodoh rakyat kebanyakan, apakah hal itu berarti yang terakhir iru bodoh, tidak selektif, tidak berpikir, latah? kajian budaya sejak raymond williams berusaha membuktikan dengan kajian empirik bahwa anggapan itu salah. rakyat kebanyakan tidak pasif dalam menerima budaya massa itu. begitu juga tentunya waktu mereka menggemari sesuatu atau seseorang yang membuat sesuatu atau seseorang itu menjadi populer. sebaliknya, tidak pula ada jaminan bahwa para elite, entah ekonomi, politik, intelektual, tidak latah. perhatikan aja demam jurnal sampai berjoki-joki, fenomena plagiarisme, pemberian gelar, dan penyebaran yang cepat wacana politik tertentu.begitukah? (21/02/2023)

Namun, tampaknya, bagi penulis ada cara lain untuk menyampaikan pesan yang menolak berlaras lugas. Yang dipilihnya adalah unggah pesan dengan model teks puisi. Sebagai contoh, saya sertakan satu unggap pesan dengan modek teks puisi berikut ini.

Puisi

puisi adalah kata-kata
tapi juga bukan
puisi lebih dari kata-kata
tapi juga Cuma

Lalu, bagaimana Faruk memandang model teks puisi. Dalam ungah pesan lain terbaca sebuah arahan atau semacam konsepsinya dalam menulis puisi. Saya kutip utuh berikut ini.

saya mulai dari ide. tantangan saya adalah mengubah ide menjadi citra atau peristiwa dan relasi-relasi. ketika ide, konsep, yang sebenarnya sudah utuh, tertutup, diubah menjadi dua hal itu, ia menjadi dunia pengalaman inderawi yang terbuka. konsep menjadi menipis dan mungkin terkosongkan. pada saat itulah tidak tertutup kemungkinan terbangun konsep-konsep lain yang mungkin berbeda dari ide awalnya. bagi saya itu bukan bencana. malah hikmah. tapi bisa juga saya sendiri tidak bisa membohongi diri saya sendiri. sisa konsepnya masih tebal. itu berarti konsep awal itu terlalu kuat mempengaruhi bangunan konsep di pikiran pembaca. yang ini mungkin bencana. (29/03/2022)

Dengan ini, saya menemukan bahwa Faruk dengan sadar mengunggah pesan dalam model teks puisi. Dengan ini pula, saya memutuskan untuk membukukannya. Tentu saja, penerbitan buku ini (Jangan Kau Tanam Puisi di Istana, Penerbit MPI: 2023) bukan tanpa alasan. Dalam pengantar ini, saya akan memberi dua catatan sebagai penyunting. Pertama, bagaimana konsepsi dalam menulis puisi tersebut terwujud dalam teks puisi. Kedua, fitur kebahasaan dan kesastraan apa yang  dapat ditemukan dan dianggap sebagai kekhasan dalam buku kumpulan puisi ini.

*Pengantar ulasan buku

***

Judul buku: JANGAN KAU TANAM PUISI DI ISTANA

Penulis: Faruk

Penerbit: Yayasan Mata Pelajar Indonesia

ISBN: 978-623-88670-0-4

Tahun terbit: Agustus, 2023

Cetakan: I, 300 eksemplar

Halaman: 176

Harga: Rp80.000,00

Narapesan: 082217803040

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *